
MATARAM – Bank Indonesia menggelar Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) tingkat nasional yang dipusatkan di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (30/11). Hadir membuka PTBI Tahun 2022, Presiden Joko Widodo. Hadir juga Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, serta sejumlah Menteri, serta gubernur se Indonesia.
Sementara itu, untuk PTBI Provinsi NTB digelar di Gedung Serbaguna Bank Indonesia Provinsi NTB dihadiri Sekda NTB HL Gita Ariadi, bupati/wali kota, serta unsur Muspida NTB. Dalam PTBI Provinsi NTB tersebut, dipaparkan terkait kinerja dan peran aktif Bank Indonesia dalam mendukung dan memajukan berbagai sektor, termasuk untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi NTB.
Deputi Kepala Perwakilan BI Provins NTB Achmad Fauzi mengatakan sepanjang tahun 2022, perekonomian NTB secara konsisten mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Sesuai rilis BPS terakhir, pada triwulan III 2022, ekonomi NTB tercatat tumbuh 7,10% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,99%. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan kinerja lapangan usaha utama seperti LU Pertanian dan LU Transportasi, serta LU Pertambangan yang masih tumbuh tinggi.
“Tantangan tekanan inflasi yang masih membayangi, perlu kita waspadai dan menjadi perhatian khusus ke depannya,” kata Achmad Fauzi.

Menurut Fauzi, Inflasi NTB pada Oktober 2022 tercatat 6,57% (yoy), masih cukup tinggi meski sudah sedikit melandai dari bulan sebelumnya yang mencapai 6,84% (yoy).
“Kondisi ini bukan menggambarkan pesimisme tetapi inilah tantangan yang perlu kita atasi untuk pemulihan ekonomi yang semakin kuat,” lanjut Fauzi.
Selanjutnya, kata Fauzi, resiliensi stabilitas sistem keuangan NTB juga terpantau terjaga baik tercermin dari kredit per Oktober 2022 yang masih mengalami pertumbuhan 7,70% (yoy) serta NPL dan LAR yang masih berada pada level aman. Kuatnya sektor keuangan tentunya tidak terlepas dari dukungan sistem pembayaran yang lancar dan andal. Dari sisi sistem pembayaran tunai, rata-rata perputaran uang mencapai Rp1,48 triliun sepanjang tahun 2022 sedangkan untuk sistem pembayaran non tunai terus mengalami pertumbuhan terutama untuk uang elektronik dan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) serta QRIS per Oktober 2022 yang telah mencapai 203.254 users atau tumbuh 589% year to date.
Mencermati perkembangan indikator terkini, untuk Triwulan IV-2022, BI memperkirakan ekonomi NTB tumbuh pada kisaran 6,3 s/d 7,1% (yoy). Sedangkan untuk keseluruhan tahun 2022 pada kisaran 6,4 s/d 7,2%(yoy). Dalam rangka mendukung obyektif pelaksanaan tugas BI Provinsi NTB guna menjaga stabilitas harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi, BI NTB menerapkan 5 strategi prioritas, yaitu: Pengembangan ekonomi dalam rangka pengendalian inflasi; Pengembangan ekonomi berorientasi ekspor; Pengembangan ekonomi yang berbasis ekonomi syariah; Pengembangan ekonomi digital; dan Pengembangan ekonomi yang inklusif.
Di mana upaya pendekatan yang dilakukan adalah melalui role modelling dan end to end process pendampingan yang diimplementasikan ke dalam berbagai program kerja. Selama tahun 2022, BI NTB tidak henti-hentinya melakukan sinergi dan berinovasi secara berkesinambungan bersama stakeholders dengan berbagai program strategis dan menghasilkan berbagai pencapaian.
Sejumlah kegiatan strategis dalam mendukung program pemerintah telah dan terus dilakukan BI NTB, pertama, terus berupaya untuk melakukan pengendalian inflasi daerah melalui pengembangan 9 klaster untuk komoditas penyumbang tekanan inflasi terbesar, yakni klaster cabai rawit (Lombok Timur), klaster bawang merah (Lombok Utara, Bima), klaster bawang putih (Lombok Timur), klaster padi (Lombok Tengah), telur ayam ras (Lombok Utara) dan sapi (Lombok Utara dan Sumbawa).
Selain itu, BI NTB bersama TPID di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota telah melakukan berbagai langkah pengendalian inflasi melalui penerapan strategi 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Komunikasi yang Efektif), di antaranya mencakup koordinasi yang semakin intensif, peningkatan frekuensi Operasi Pasar Murah dan sidak pasar, dan pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Bukti konkrit dari berbagai upaya pengendalian inflasi tersebut adalah diraihnya 3 (tiga) TPID Awards di tahun 2022 TPID Provinsi Terbaik, TPID Kabupaten/Kota IHK Terbaik, dan TPID Kabupaten/Kota Non-IHK Berprestasi.
“Ke depan kami terus berupaya untuk mendukung inovasi penjualan produk pertanian secara online, penguatan data dan asesmen inflasi serta optimalisasi digital farming dan kerja sama antar daerah,” ucapnya.
Selanjutnya, dalam upaya mendukung pengembangan ekspor, BI NTB terus berupaya untuk mengembangkan ekspor non-tambang sebagai sumber pertumbuhan baru di wilayah ini. Terdapat 11 komoditas ekspor non tambang unggulan, yaitu lobster dan ikan, mutiara, manggis, rumput laut, kopi, sayur segar, vanili, teh kelor, ketak, sarang burung walet, dan kerajinan bambu.
BI NTB bersama dedicated team “NTB Genjot Ekspor” dan Tim Promosi Ekonomi Daerah terus berkoordinasi dan berupaya mendorong pengembangan ekspor melalui berbagai fasilitasi. Adapun output yang sudah bisa dilihat selama tahun 2022 ini antara lain: Ekspor kopi ke Korea Selatan sebanyak 3 kontainer, Ekspor vanili organik ke Amerika Serikat sebanyak 4,5 ton, Ekspor sarang burung walet ke Amerika Serikat sebanyak 100 kg, Ekspor tuna loin ke Singapura sebanyak 2 ton, Ekspor rumput laut ke Tiongkok sebanyak 2 kontainer.
Fauzi mengatakan memasuki tahun 2023, aktivitas perekonomian telah semakin menggeliat, namun di sisi lain juga masih terdapat potensi kenaikan inflasi yang membutuhkan sinergi yang kuat satu sama lain dan inovasi untuk menciptakan solusi. Pada tahun 2023 BI NTB memprakirakan ekonomi NTB akan tumbuh pada kisaran 4,8 s/d 5,6% (yoy) dengan tingkat inflasi yang berpotensi kembali ke rentang target nasional.
Selain itu, kata Fauzi, tantangan perekonomian di Provinsi NTB adalah bagaimana bisa mempertahankan percepatan pemulihan ekonomi di tengah risiko inflasi dan kompleksitas tantangan perekonomian global yang tinggi. Menghadapi tantangan tersebut, BI NTB telah merencanakan sejumlah inisiatif untuk 2023, diantaranya pada sektor pertanian, perlu terus didorong pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi biaya (sisi hulu) dan perluasan pasar dan akses pembiayaan (sisi hilir) melalui program Digital Farming dan Onboarding UMKM.
Optimalisasi daya saing komoditas ekspor non tambang melalui inovasi hilirisasi produk bernilai tambah tinggi. Pemulihan aktivitas ekonomi produktif yang berdimensi masyarakat dan UMKM secara end to end process. Mendorong pengembangan ekonomi syariah melalui hebitren dan Masyarakat Ekonomi Syariah. Mendukung pertumbuhan ekonomi daerah melalui ketersediaan uang rupiah layak edar secara tepat jumlah, kualitas, dan waktu. Peningkatan dan perluasan transaksi menggunakan QRIS melalui edukasi dan user experience yang lebih masif. Mendorong pertumbuhan kredit yang seimbang dan inklusif pada sektor-sektor prioritas.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi NTB HL Git Ariadi mengapresiasi berbagai langkah, peran dan kontribusi nyata BI NTB, terutama melalui hadirnya NTB Genjot Ekspor dan tim Promosi Ekonomi Daerah, serta TPID melalui pemantauan dan pelaksanaan operasi pasar murah.
“Kedepannya, sinergi dan inovasi antara BI dan Pemerintah Daerah, serta stakeholder lain diharapkan akan semakin kuat dalam rangka memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi Provinsi NTB,” harapnya.
Dalam kesempatan itu, Kantor Perwakilan BI NTB juga memberikan apresiasi kepada 11 mitra dari berbagai kategori, mulai dari IKM, ponpes, peternak hingga lembaga instransi dan sekolah, karena dinilai telah memberikan kontribusi dan dukungan dalam implementasi program kerja BI NTB sepanjang tahun 2022. (luk)