BI NTB Gencar Edukasi Rupiah Hingga Pelosok

EDUKASI RUPIAH: Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Prijono saat memberikan edukasi uang rupiah baru TE 2016 kepada kelompok tani di Lendang Nangka, Lombok Timur (LUKMAN HAKIM/RADAR LOMBOK)

SELONG—Sejak diluncurkannya uang rupiah tahun emisi (TE) 2016 pada 19 Desember 2016, Bank Indonesia secara intensif melakukan sosialisasi kepada masyarakat berbagai lapisan. Sosialisasi ditujukan untuk mengedukasi masyarakat, khususnya pada aspek ciri-ciri keaslian uang rupiah (CIKUR) TE 2016.

Lokasi edukasi rupiah oleh Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB tidak hanya dilakukan di wilayah perkotaan saja, melainkan juga mencapai pelosok pedesaan, salah satunya di Desa Pringgasela dan Desa Lendang Nangka Kabupaten Lombok Timur.

Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Prijono turun langsung ke tengah masyarakat di dua desa tersebut untuk melakukan sosialisasi dan edukasi rupiah di hadapan 100 ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok tenun di Desa Pringgasela, dan puluhan petani cabai di Desa Lendang Nangka.

Baca Juga :  Wakil Paskibraka NTB Terbaik Nasional 2017

[postingan number=3 tag=”bi”]

“Edukasi tidak hanya di perkotaan, tapi juga kami memberikan informasi tentang uang rupiah baru TE 2016 hingga pelosok desa. Harapanya, masyarakat tidak menafsirkan macam-macam seperti ramai isu berkembang belakangan ini,” ujar Prijono, Rabu kemarin (25/1).

Sebagaimana telah diketahui bersama, Uang rupiah TE 2016 telah diluncurkan oleh Presiden RI pada akhir tahun lalu sebanyak 11 (sebelas) pecahan yang terdiri dari 7 pecahan uang Rupiah kertas dan dan 4 pecahan uang Rupiah logam.

Uang Rupiah kertas terdiri dari pecahan Rp100.000 TE 2016, Rp50.000 TE 2016, Rp20.000 TE 2016, Rp10.000 TE 2016, Rp5.000 TE 2016, Rp2.000 TE 2016 dan Rp1.000 TE 2016. Sementara itu, untuk uang Rupiah logam terdiri dari pecahan Rp1.000 TE 2016, Rp500 TE 2016, Rp200 TE 2016 dan Rp100 TE 2016.

Baca Juga :  PSSB NTB Datangkan Tiga Pemain Baru

Prijono kembali menegaskan dan meluruskan isu-isu yang tidak benar berkenaan dengan uang rupiah, salah satunya terkait persepsi sebagian masyarakat yang memandang rupiah memuat gambar-gambar terlarang. Prijono menyatakan bahwa gambar tersebut merupakan logo Bank Indonesia yang dipotong secara diagonal, sehingga membentuk ornamen yang tidak beraturan.

Gambar tersebut merupakan gambar saling isi (rectoverso), yang merupakan bagian dari unsur pengaman uang Rupiah. Unsur pengaman dalam uang Rupiah bertujuan agar masyarakat mudah mengenali ciri-ciri keaslian uang, sekaligus menghindari pemalsuan unsur pengaman. (luk)

Komentar Anda