Temui Airlangga, Suhaili-Ahyar Berburu Restu

Ilustrasi HM Suhaili FT & H Ahyar Abduh
Ilustrasi HM Suhaili FT & H Ahyar Abduh

MATARAM – Dua calon Ketua DPD I Partai Golkar Provinsi NTB, tampaknya harus berpeluh lagi. Jika tidak, maka mereka akan kehilangan kursi pimpinan partai berlambang beringin di Bumi Gora itu.

Tak heran jika dua kader senior Partai Golkar NTB, HM Suhaili FT dan H Ahyar Abduh, harus berlari lebih kencang lagi. Mereka sama-sama pergi memburu restu Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto ke Jakarta. Kabar pertemuan kedua politisi senior Partai Golkar NTB ini bersama Airlangga berembus kencang ke publik.

Keduanya sama-sama diterima Airlangga secara terpisah dalam waktu berbeda. Suhaili sendiri kabarnya diterima di kantor Kementerian Perekonomian RI, Selasa malam (14/7). Sedangkan Ahyar Abduh diterima di kediaman Airlangga dalam waktu berbeda.

Suhaili sendiri harus memboyong delapan Ketua DPD II Partai Golkar untuk meyakinkan Airlangga. Di antaranya Ketua DPD II Partai Golkar Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa Barat, Sumbawa, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu. Sedangkan dua Ketua DPD II Partai Golkar, yakni Kota Mataram dan Kota Bima dikabarkan tak menyertai Suhaili.

Suhaili sendiri memboyong delapan pengurus DPD II ini untuk meyakinkan Airlangga. Bahwa ia mendapatkan dukungan penuh untuk menakhodai DPD I Partai Golkar. Mengingat embusan kabar bahwa DPP Partai Golkar lebih condong menginginkan Ahyar Abduh sebagai Ketua DPD I Partai Golkar NTB.

Di hadapan Airlangga, Suhaili meminta restu untuk kembali maju mencalonkan diri sebagai Ketua DPD I Golkar NTB pada musda 22 Juli. “Beliau (Suhaili, red) meminta restu Pak Ketum Airlangga untuk maju di musda,” terang Ketua DPD II Partai Golkar Lombok Timur, Daeng Paelori kepada Radar Lombok, Rabu (15/7).

Daeng sendiri merupakan salah satu pengurus partai daerah yang turut mendampingi Suhaili dalam pertemuan itu. Airlangga, kata Daeng, membuka keran kesempatan selebar-lebarnya bagi setiap kader Partai Golkar untuk maju meramaikan bursa calon Ketua Golkar NTB. Setiap kader dirasanya punya peluang dan kesempatan yang sama untuk menakhodai Partai Golkar NTB. Asalkan kader itu memenuhi persyaratan dan ketentuan sudah diatur dalam AD/ART serta memperoleh dukungan para pemilik suara di musda.

Karenanya, Airlangga mempersilakan siapa pun kader itu maju di musda. “Tidak ada istilah kader dianakesmankan di musda. Semua kader dipersilakan maju. Termasuk saya, jika maju di musda,” ungkap Wakil Ketua DPRD Lombok Timur ini.

Dalam kesempatan itu juga, sambung Daeng, Airlangga mempersilakan kepada para pemilik suara, terutama DPD II untuk memilih siapa pun kader yang dikehendaki untuk menakhodai Golkar NTB ke depan. “Pak Ketum meminta para pemilik suara memilih kader terbaik di musda,” imbuhnya.

Disinggung terkait DPP lebih menghendaki Ahyar Abduh sebagai ketua Golkar NTB untuk diaklamasikan di musda. Daeng mengatakan, Airlangga adalah sosok yang sangat demokratis. Dia tidak membeda-bedakan siapa pun kader yang mau maju mencalonkan diri di musda. Airlangga mempersilakan para kandidat bersaing secara sehat dan bermartabat untuk memperebutkan dukungan para pemilik suara.

Daeng menambahkan kata Airlangga, siapa pun kader bersaing di musda, tujuan utamanya memberikan pengkhidmatan terbaik untuk membangun dan memajukan Partai Golkar di NTB. “Jadi tidak ada istilah kader dianakemaskan. Semua kita ini adalah satu keluarga Partai Golkar,” tandas Daeng mengutip hasil pembicaraannya dengan Airlangga.

Dalam pertemuan itu, sambung Daeng, pihaknya juga menyampaikan kepada Airlangga terkait jadwal musda yang akan digelar 22 Juli. Meski demikian, dalam pertemuan itu, Airlangga menekankan kepada para pemilik suara agar lebih mengedepankan musyarawah mufakat dalam menentukan siapa nakhoda Golkar NTB.

Dengan mengedepankan musyarawah mufakat. Maka soliditas dan kekompakan dalam keluarga besar Partai Golkar NTB  tetap terjaga. Dengan begitu, tidak ada yang merasa menang dan kalah. Pemilik suara sepakat dan kompak memilih siapa pun kader terbaik untuk memimpin Golkar NTB.

Terlebih, Golkar NTB menghendaki kontestasi pilkada serentak yang akan digelar di tujuh kabupaten kota berjalan damai. Kekompakan kader dan seluruh jajaran pengurus partai dibutuhkan untuk memenangkan kader yang akan bertarung. “Demi menjaga keutuhan dan kesolidan, Pak Ketum meminta agar lebih mengedepankan musyarawah mufakat,” tambahnya.

Bagaimana soal persaingan Ahyar dan Suhali di musda Golkar? Daeng menambahkan, siapa pun kader yang berkompetisi di musda adalah kader terbaik Golkar NTB. Sehingga siapa pun nanti terpilih di musda, tentu akan didukung seluruh jajaran kader dan pengurus Golkar di NTB. “Siapa pun yang terpilih dari hasil musda, kita solid dan kompak mendukung,”  pungkasnya.

Wakil Ketua Bidang Kerjasama dan Antarlembaga DPD I Partai Golkar NTB, Hasat Masat berharap, DPP tidak mengintervensi para pemilik suara di musda. DPP diharapkan membebaskan kepada para pemilik suara untuk menentukan siapa kader akan dipilih di musda. Dengan begitu, diharapkan tidak ada polemik dalam pelaksanaan musda nantinya. “Kita harapkan DPP tidak intervensi para pemilik suara. Jika ada intervensi, tentu ini bisa distruktif bagi internal Golkar NTB,” kata Hasan.

Pengamat politik UIN Mataram, Kadri menilai manuver Suhaili dengan memboyong delapan DPD II menemui Ketum Airlangga, sebagai langkah untuk menyakinkan ketum parpol beringin itu agar direstui kembali mencalonkan diri di musda. Kendati arah dukungan DPP Partai Golkar tampaknya sudah mengerucut kepada Ahyar Abduh untuk diaklamasikan di musda.

Pandangan Kadri ini berkaca dari seluruh musda DPD I di Indonesia. Semua pemilihan ketua dilakukan dengan aklamasi tanpa voting. Siapa kader diaklamasi adalah mereka yang mendapatkan restu DPP parpol tersebut. “Tinggal sekarang, apakah Airlangga mengiyakan Suhaili atau tidak. Tapi saya melihat Ahyar tetap paling berpeluang jadi Ketua Golkar NTB. Karena Ahyar dikehendaki oleh DPP,” katanya.

Ahyar Abduh yang dikonfirmasi Radar Lombok belum bisa memberikan keterangan soal kedatangannya menemui Ketum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto. Begitu pula soal restu Airlangga terhadapnya belum bisa diterangkan. (yan)

Komentar Anda