Hati yang tulus dan spirit membaca mengajak perempuan-perempuan di pelosok untuk bisa membaca, membuat Nursyda Syam menjadi tokoh perempuan bidang pendidikan yang mampu mendulang penghargaan mulai dari tingkat kabupaten hingga internasional. Seperti apa kisah Nursyda meraih penghargaan tersebut?
HERY MAHARDIKA– TANJUNG
SETIAP perbuatan yang dijalankan dengan perjuangan hati yang tulus dan penuh semangat, pasti akan dihargai orang lain. Prinsip inilah yang dijalankan Nursyada Syam bertahun-tahun berusaha mengajak perempuan-perempuan di pelosok Kabupaten Lombok Utara untuk bisa membaca dan meraih mimpi mereka setinggi-tingginya. Namun, perjuangan ini tidak semudah membalik telapak tangan, melainkan harus dijalankan penuh tantangan dengan cemohaan masyarakat yang menganggap membaca itu tidak penting. Masyarakat hanya biasanya menganggap materi itu yang terpenting. “Sempat membuat motivasi kendor, tapi kami tetap berpegang teguh terhadap niat awal mencerdaskan anak bangsa,” ujarnya kepada Radar Lombok, kemarin.
Klub Baca Perempuan, bermula ketika Nursyda Syam akad nikah dengan Lalu Badrul Islam di Lombok Timur pada tahun 2006. Saat itu, Nursyda meminta mahar ‘buku’ berjudul Fiqh Wanita. “Saya sudah kepengen mendesain keluarga kecil sebagai pembaca. Dan buku Fiqh Wanita yang menjadi mahar saya itu, kini berada di semua cabang yang kami dirikan,” terang perempuan kelahiran 1979 ini.
Untuk mewujudkan niatan itu, iapun mengajak lima teman perempuannya di Lombok Timur bernama membentuk taman baca bernama ‘Klub Baca Perempuan’. “Dalam pembentukan taman baca ini, kami bersepakat dimanapun kami berada akan terus mengembangkan Klub Baca Perempuan,” tuturnya.
Pada tahun 2008 ia bersama suaminya pindah ke Dusun Prawira Desa Sokong Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara. Mereka bersepakat membentuk Klub Baca Perempuan di kampung ini bermodalkan satu rak dan 100 judul buku. “Merangkak di (Dusun) Prawira dan sekarang sudah punya 24 cabang di pelosok-pelosok Lombok Utara dengan jumlah koleksi buku 17 ribu judul,” kata ibu dua anak ini.
Kini telah terbentuk 24 cabang Klub Baca Perempuan. Dari jumlah taman baca ini memiliki nama-nama yang berbeda. Lokasinya tersebar di Dusun Kerujuk dan Dusun Karang Desa Pemenang Barat Kecamatan Pemenang, Dusun Tangga Desa Selengan Kecamatan Kayangan, Sambik Elen Kecamatan Bayan, dan desa-desa lainnya di Lombok Utara. “Yang paling banyak di Kecamatan Tanjung. Kami tetap menyengamati dan untuk aktif memberikan pendampingan dan bahan baca disuport. Dari gerakan ini, semakin hari semakin banyak bergabung,” tandasnya.
Kegigihannya dalam gerakan membaca ini berawal dari rasa sedihnya atas masih rendahnya minat baca di masyarakat Indonesia. Masih banyak masyarakat menganggap membaca itu tidak penting.
Hanya saja, ia sejak kecil beruntung ditanamkan gemar membaca oleh orangtuanya. Menurutnya, tidak ada istilah orang yang membaca itu miskin baik ekonomi dan wawasan. Melalui membaca akan bisa melarai kebodohan. Kalau bisa baca maka akan bisa kritis. “Yang mendorong semua ini orang tua, suami, dan anak-anak. Merekalah yang membuat saya terus bersemangat,” optimisnya. Dari Klub Baca Perempuan ini, kemudian dibentuklah sayap sekolah alam anak negeri terdiri dari kelas antar bangsa untuk saling sharing pengetahuan. Lalu,ada kelas menulis, kelas cita-cita, kelas bahasa Inggris, kelas resep. Selain itu, saat ini ia bermitra dengan 10 sekolah untuk menjadikan sekolah model berbasis literasi. “Dan kelas-kelas ini akan berkembang sesuai kebutuhan dan kondisi. Kita juga setiap tahun pasti ada pelajar-pelajar dari luar negeri saling tukar ilmu,” terang alumnus Universitas Yogyakarta tahun angkatan 2003 di Jurusan Perhotelan Berbasis Bahasa Jepang ini.
Dari perjuangan 10 tahun ini, ia telah banyak memperoleh penghargaan bergengsi, seperti Nugra Jasa Darma Mustaloka dari Perpustakaan Negeri Nasional pada tahun 2013, Kartini Award Telkom pada tahun 2013, Taper Award tahun 2013, Kick Andy tahun 2014, SCTV Award tahun 2015, Gubernur NTB tahun 2015 dan Balai Bahasa NTB tahun 2016. Lalu dari Kemendikbud pada tahun 2016 sebanyak 2 kali. Yang pertama Pengelola Taman Baca Masyarakat (TBM) terbaik ketiga tingkat nasional dan TMB Kreatif tingkat Nasional, Pransida Award tahun 2016, dan tokoh perempuan bidang pendidikan Lombok Utara tahun 2016.
Dari sejumlah penghargaan yang didapat, yang membuatnya terkesan adalah penghargaan dari Pemerintah Lombok Utara berupa Anugerah Tokoh Perempuan Bidang Pendidikan pada tahun ini pada saat merayakan HUT Lombok Utara ke-8. '' Kedepan, saya tidak akan puas dengan penghargaan dan tidak akan berhenti untuk terus menggalakan literasi membaca,” syukurnya.
Kini Klub Baca Perempuan jadi rujukan. Klub ini sering menerima kunjungan dari luar daerah hingga luar negeri. “Dari Lombok Utara menuju dunia,” pungkasnya.(*)