Beras Menjadi Penyumbang Inflasi Terbesar NTB

Komoditas beras ternyata menjadi penyumbang terbesar lonjakan inflasi NTB. ( RATNA / RADAR LOMBOK )

MATARAM – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mencatat, laju inflasi year on year (y-on-y) gabungan dua daerah, yakni Kota Mataram dan Kota Bima pada Febaruari 2023 sebesar 6,30 persen. Angka inflasi ini lebih tinggi dibanding angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,47 persen.

Kepala BPS Provinsi NTB Wahyudin mengatakan ada berbagai faktor yang mempengaruhi laju inflasi di Februari 2023. Seperti, mahalnya harga beras dan rokok kretek filter di sejumlah daerah. Sumbangan yang paling besar inflasi di NTB dari kelompok makanan dan minuman, terutama beras. Padahal NTB dikenal sebagai penghasil beras dan lumbung padi Nasional.

“Tetapi beras bahkan di NTB menjadi komoditas penyumbang inflasi daerah terbesar,” kata Wahyudi saat press rilis di Kantor BPS NTB, Rabu (1/3).

Kemudian inflasi month to month (m-to-m) gabungan dua kota di bulan Februari 2023 sebesar 0,38 persen. Sedangkan inflasi year to date (y-to-d) di Februari 2023 sebesar 0,70 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi year to date (y-to-d) di Februari 2022 sebesar 0,64 persen.

Wahyudin menuturkan perkembangan harga berbagai komoditas secara umum menunjukkan terjadi kenaikan. Hal ini ditandai dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,65 pada Februari 2022 menjadi 113,36 pada Februari 2023. Beras dan rokok kretek filter memberi andil besa terhadap inflasi masing-masing sebesar 0,6422 persen dan 0,3665 persen. Komoditas lain yang juga dominan memberikan sumbangan inflasi y-on-y, yaitu telur ayam ras sebesar 0,2224 persen, bawang merah sebesar 0,1503 persen, dan rokok putih sebesar 0,1263 persen.

Sedangkan komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi y-on-y, yaitu ikan layang atau ikan benggol sebesar 0,1048 persen, tomat sebesar 0,0568 persen, daging sapi sebesar 0,0237 persen, minyak goreng sebesar 0,0234 persen dan jeruk sebesar 0,0163 persen.

“Untuk sektor pendidikan tidak ada perubahan masih kategori positif. Tapi
makanan dan minuman jadi bobot paling besar penyumbang inflasi NTB,” ujarnya.

Wahyudin berharap dengan beberapa daerah sudah yang sudah mulai panen, harga beras dipasaran dapat turun.

“Dinas Pertanian harus memikirkan kenapa bisa beras menjadi penyumbang inflasi padahal NTB penghasil beras dan penopang pangan Nasional,” ucapnya. (cr-rat)

Komentar Anda