SELONG – Bendungan Pandanduri mengiring sejak beberapa bulan terakhir dan membuat petani menjerit. Pasokan air untuk lahan pertanian mereka menipis.
Pantauan koran ini kemarin, bagian permukaan bendungan raksasa tersebut sudah terlihat sampai ke bagian dasar. Bahkan beberapa bagian ditanami jagung oleh warga sekitar. Begitu pun dengan bangunan bekas pemukiman warga yang dijadikan bendungan juga sudah mulai terlihat. Penurunan debit air bendungan ini terbilang paling parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.”Sudah sekitar dua bulan air bendungan menyusut. Bahkan tanaman jagung saya pun tidak bisa diairi seperti biasa. Terpaksa harus menggunakan mesin untuk menyedot air,” kata Lalu Kusmayadi salah seorang petani di Pandanduri.
Selain mengandalkan hujan, pasokan air untuk bendungan ini juga berasal dari sungai di wilayah Kotaraja. Namun pasokan air dari sungai di wilayah Kotaraja tersebut juga sudah tidak ada lagi karena sungai mengering.” Kondisi seperti ini memang terjadi sekali dalam sepuluh tahun. Biasanya kita bisa bertani setelah panen tembakau tapi sekarang dengan kondisi bendungan seperti ini sebagian petani kesulitan untuk mendapatkan air,” tutupnya.
Rahmat, juru air di Desa Suwangi Kecamatan Sakra mengatakan debit air bendungan Pandanduri untuk lahan pertanian warga semakin menurun drastis. Pasokan air untuk lahan pertanian yang ditanganinya bisa mencapai 500 liter perdetik, namun sekarang turun drastis menjadi 200 liter perdetik.” Di tengah kondisi air bendungan yang berkurang, hanya beberapa wilayah saja yang bisa diairi. Kalau wilayah yang lain sudah tidak bisa dijangkau,” singkatnya.
Kadis Pertanian Lombok Timur Sahri mengatakan di tengah kondisi debit air bendungan Pandanduri yang menipis, petani harus mengatur pola tanam.” Dengan kondisi seperti petani kita supaya tidak bercocok tanam. Ini waktunya bagi para petani kita untuk istirahat,” ungkapnya.(lie)