Belasan Kecamatan di NTB Level Siaga dan Waspada Kekeringan

KEKERINGAN: Masyarakat di NTB yang terdampak kekeringan saat menerima pendistribusian air bersih pada tahun lalu. Faisal haris/radar Lombok

MATARAM-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengeluarkan peringatan dini bencana kekeringan meteorologis yang berpotensi terjadi wilayah NTB. Memasuki punca musim kemarau tahun ini, BMKG mencatat terdapat 14 kecamatan di NTB yang sudah masuk level siaga dan waspada kekeringan. 


Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB, Ni Made Adi Purwaningsih menyebutkan, 14 kecamatan yang masuk level siaga dan waspada kekeringan di NTB. Yakni untuk level siaga kekeringan terdapat di Kecamatan Wawo, Bolo, Woha Kabupaten Bima, Kecamatan Pringgabanya, Sambelia, dan Suela Kabupaten Lombok Timur, Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa dan Kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat. 


Sedangkan kecamatan yang masuk level waspada kekeringan terdapat di Kecamatan Bolo dan Kilo Kabupaten Dompu, Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah, Kecamatan Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur, dan Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. 


Made menjelaskan curah hujan di wilayah NTB pada dasarian II Juli 2022 hampir seluruhnya didominasi kategori rendah yaitu di bawah 10 mm/dasarian. Namun terdapat beberapa wilayah dengan intensitas hujan 21-50 mm/dasarian yang terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Lombok Utara dan sebagian wilayah Sumbawa bagian Selatan. Curah Hujan tertinggi tercatat terjadi di Pos Hujan Santong, Kabupaten Lombok Utara dan Pos Hujan Lunyuk di Kabupaten Sumbawa sebesar 29 mm/dasarian. “Sifat hujan pada dasarian II Juli 2022 di wilayah NTB didominasi kategori Bawah Normal (AN). Namun sifat hujan Atas Normal juga terjadi di sebagian Kabupaten Lombok Barat bagian Utara, sebagian Kabupaten Lombok Utara, sebagian wilayah Kabupaten Sumbawa bagian selatan, serta sebagian kecil wilayah Bima dan Dompu bagian selatan,” jelasnya lewat keterangan tertulis.


Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut-turut (HTH) Provinsi NTB umumnya dalam kategori sangat pendek (6-10 hari) hingga menengah (11-20 hari). Namun di sebagian wilayah sudah terpantau HTH dengan katagori sangat panjang (31-60 hari). HTH terpanjang terpantau terjadi di wilayah Perigi Kabupaten Lombok Timur, sepanjang 47 hari atau masuk kategori sangat panjang. “Peluang curah hujan pada dasarian III Juli 2022 sudah mulai berkurang. Peluang curah hujan dengan intensitas di bawah 20 mm/dasarian terjadi merata di seluruh wilayah NTB dengan probabilitas di atas 80 persen,” sambung Made. 

Baca Juga :  Penggelapan Dana Bank NTB Syariah Tunggu Hasil Audit


Sementara perkembangan kondisi dinamika atmosfer terakhir, kata Made menunjukkan Indeks ENSO berada pada kondisi La Nina Lemah (indeks ENSO : -0.63). Bahkan BMKG memprakirakan ENSO Netral akan berlangsung pada Juli-Agustus-September 2022. Indeks IOD bulan pada awal Juli 2022 menunjukkan kondisi IOD Negatif dan BMKG memprakirakan kondisi IOD akan cenderung Negatif hingga Desember 2022. Aliran massa udara di wilayah Indonesia didominasi oleh angin timuran terutama di wilayah Indonesia bagian Selatan termasuk NTB. Angin Timuran diprakirakan akan tetap aktif hingga Oktober 2022. Pergerakan MJO saat ini terpantau tidak aktif di wilayah Indonesia dan diperkirakan akan mulai aktif kembali pada awal Dasarian I Agustus 2022. Tidak terdapat potensi peningkatan pembentukan awan (OLR) yang signifikan di wilayah sekitar NTB hingga pertengahan Dasarian I Agustus 2022.

“Rata-rata anomali Suhu Muka Laut sekitar wilayah NTB saat ini berada pada kategori hangat yang diprakirakan akan tetap hangat hingga Oktober 2022,” katanya. 
Memasuki periode puncak musim kemarau 2022, masyarakat perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, hingga suhu dingin yang dapat menggagu aktivitas sehari-hari. Namun demikian, kata Made, masyarakat juga tetap perlu mewaspadai adanya potensi cuaca ekstrem bersifat lokal seperti terjadinya angin kencang dan hujan yang terjadi secara tiba-tiba. “Masyarakat juga dihimbau untuk dapat mengantisipasi terjadinya potensi kekeringan dengan membuat tampungan air terutama pada wilayah yang rentan,” pungkasnya. 
Terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangar Bencana Daerah (Kalak BPBD) Provinsi NTB, H. Sahdan menyadari ketika sudah memasuki puncak musim kemarau seperti saat ini, bagi daerah-daerah kepulauan seperti NTB tetap menjadi langganan masalah kekeringan. “Bencana kekeringan tidak bisa dihindari untuk kawasan atau kepulauan di Nusa Tenggara sudah menjadi langganan tetap. Termasuk diwilayah NTB,”katanya.

Baca Juga :  Saksi Akui Banyak Benih Jagung Rusak


Bahkan di NTB sendiri saat ini ada dua kabupatan kota yang telah menetapkan status siaga darurat kekeringan. Yakni, Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima. “Jadi ada dua daerah yang sudah tetapkan status siaga darurat di NTB yaitu Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima. Provinsi sendiri masih dalam proses dan kabupaten kota lainnya,” ungkap Sahdan. 


Sahdan juga menyampaika, pihaknya telah melakukan langkah-langkah antisipasi kekeringan maupun upaya yang akan dilakukan. Diantaranya,  yang sudah dilakukan yakni melaksanakan rapat koordinasi (Rakor) bencana kekeringan bersama pihak-pihak terkait seperti BMKG, BNPB, dunia usaha, perbankan, Baznas, TNI, Polri dan BPBD kabupaten kota se-NTB. “Yang belum dan sedang kita lakukan sekarang ini, penetapan siaga bencana kekeringan oleh bupati/wali kota yang terdampak,” katanya. 


Tidak hanya itu, pihaknya juga telah menyediakan anggaran BTT, peralatan seperti mobik tanki, ember dan jerigen sebagai wadah penampungan air bersih. “Kapau benar-benar terjadi kekeringan baru ditetapkan status tanggap darurat kekeringan dan sebagai upaya kita juga akan  droping air bersih karena penanganan bencana alam mutlak diperlukan penerapan pelaksanaan secara penthahelix,” pungkasnya. (sal)

Komentar Anda