BBM Mahal, Travel Naikkan Tarif Paket Wisata

RATNA / RADAR LOMBOK HOTEL : Salah satu hotel di Lombok mulai sepi,karena pengunjung yang menginap berkurang. (RATNA / RADAR LOMBOK)

MATARAM – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sangat tinggi memberikan dampak terhadap sejumlah sektor, tak terkecuali pada sektor pariwisata. Naiknya harga BBM membuat penyedia jasa perjalanan wisata menaikkan tarif.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) NTB Dewantoro Umbu Joka memastikan kenaikan harga BBM berdampak pada kenaikan harga paket wisata. Pasalnya, biaya paling tinggi di sektor pariwisata berasal dari moda transportasi yang  banyak menggunakan BBM.

“Adanya kenaikan BBM ini otomatis tarif paket wisata naik. Apalagi pariwisata lebih banyak menggunakan fasilitas transport untuk jalan-jalan, sehingga itu menjadi biaya yang paling besar,” kata Umbu Joka kepada Radar Lombok, kemarin

Terlebih bagi wisatawan yang hanya berlibur dua sampai tiga orang. Dampak kenaikan harga BBM sangat terasa. Sebab harus menambah biaya transportasi yang cukup besar. Sehingga dikhawatirkan wisatawan lebih banyak berlibur ke luar negeri dibandingkan dalam daerah, mengingat biaya perjalanan wisata keluar negeri lebih ekonomis.

Umbu menyebut jika harga BBM naik terus tak ayal berdampak pada kunjungan wisatawan yang semakin sedikit. Sebagai contoh di wisata Labuhan Bajo, NTT ketika isu kenaikan harga tiket komodo naik, maka tingkat kunjungan langsung menurun drastis.

Baca Juga :  Pullman Mandalika Sediakan Berbagai Fasilitas untuk Pembalap MotoGP

“Kalau tiket pesawat mungkin konsumen sudah tahu kenaikannya berapa, yang riskan itu adalah menyangkut kenaikian BBM terhadap pariwisata. Bisa-bisa orang lebih banyak ke luar negeri. Wisatawan akan memiliki lebih banyak pertimbangan lain sebelum liburan. Mulai dari membandingkan harga penginapan dengan tujuan wisatawan yang lebih murah,” imbuhnya.

Hanya saja, Umbu belum bisa memastikan berapa persen kenaikan harga paket wisata yang dipotok setelah adanya kenaikan BBM. Namun segera setelah sektor pariwisata melakukan penyesuain tariff, pihaknya akan menaikkan harga paket sesuai besaran kenaikan tarif transportasi.

“Kenaikan harga paket, akan disesuaiakan dengan kenaikan tarif transportasi sebagai mitra kerja,” katanya.

Persoalan lain yang dialami pelaku penyedia jasa perjalanan wisata, jelas Umbu, kebanyakan paket yang dijual telah dikontrak partner agen. Kenaikan harga BBM saat ini sudah mencapai 30 persen, akibatnya Asita menanggung kelebihan biaya untuk kompensasi BBM.

Saat ini, sambung Umbu, Asita masih wait and see, kecuali ada kunjungan dari pemerintah masih bisa reservasi. Sementara tarif untuk khusus yang berwisata masih menunggu ada penyesuaian harga dari sektor trasnportasi, seberapa pengaruh kenaikan BBM terhadap sektor transportasinya otomatis akan berpengaruh pada paketnya.

Baca Juga :  PLN UIP Nusra Raih Penghargaan Zero Accident dalam Pencanangan Bulan K3 NTB

Dampak lainnya banyak pekerja berpotensi dimutasi atau PHK. Apalagi sektor pariwisata banyak yang bekerja di sektor jasa. Potensi pekerja yang di PHK akan banyak. Terlebih jika kunjungan wisatawan sepi sampai Desember. Travel mana yang berani gaji karyawan tanpa ada tamu.

“Metodenya kita kontrak dengan partner. Jika dihitung dengan harga yang lama. Kalau sekarang dengan harga BBM yang naik otomatis akan berdampak dengan paket wisata. Tapi sejauh ini ASITA masih wait and see karena ada perubahan (harga BBM),” jelasnya

Senada, Dewan Kehormatan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, I Gusti Lanang Patra mengatakan kenaikan harga BBM tentu sangat berdampak pada sektor pariwisata. Biaya operasional hotel dan restoran terkerek naik, akibatnya perekonomian kembali lesu.

“Kenaikan BBM sangat terasa. Semua sektor terdampak,  harga barang juga mulai mengalami kenaikan,” katanya. (cr-rat)

 

Komentar Anda