
SELONG – Seorang bayi berusia 1,8 tahun asal Desa Pesanggrahan Kecamatan Montong Gading diduga ditangani tidak sesuai prosedur oleh pihak Rumah Sakit (RS) Permata Hati. Bayi tersebut sakit demam tinggi, batuk, muntah, serta mencret sebelum dilarikan ke rumah sakit, Sabtu (8/2).
Menurut sang ibu, Nisfi (22), sejak tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD), perawat mencoba memasang infus sebanyak sepuluh kali, namun selalu gagal. Bahkan, ketika infus sempat berhasil terpasang, obat yang dimasukkan melalui selang infus menyebabkan pembengkakan sehingga harus dicabut kembali.” Sempat terpasang sekali infusnya, tapi setelah dimasukkan obat, macet. Kemudian dicabut lagi karena bengkak,” ujar Nisfi.
Kondisi ini semakin diperburuk dengan pernyataan perawat bahwa Omar mengalami dehidrasi berat, yang membuat pemasangan infus semakin sulit. Pihak rumah sakit kemudian berencana melakukan tindakan vena section, yaitu pemasangan infus melalui pembedahan kecil. Nisfi sempat mempertimbangkan untuk membawa anaknya ke rumah sakit lain, tetapi perawat meyakinkannya bahwa tindakan tersebut bisa dilakukan di RS Permata Hati.
Setelah tindakan vena section dilakukan, perawat kembali memasukkan suntikan melalui jalur infus. Namun, hal itu justru membuat bayi Omar menangis kesakitan hingga tubuhnya gemetar.”Saya minta infusnya dibuka karena pahanya terlihat bengkak, tapi perawat tidak berani membuka tanpa persetujuan dokter. Dokternya sudah dihubungi, tetapi tidak merespon,” ungkap Nisfi.
Hingga pagi hari, kondisi bayi tidak kunjung membaik, dan pihak rumah sakit akhirnya merekomendasikan agar pasien dirujuk ke RSUD dr. Soedjono Selong. Namun, selama semalaman menunggu, Nisfi menyesalkan tidak adanya tindakan lain yang dilakukan untuk meredakan penderitaan anaknya.
“Anak saya dibiarkan meringis kesakitan dari malam sampai pagi tanpa mereka melakukan apa-apa,” kesalnya.
Sementara itu Direktur RS Permata Hati, dr. Arief Rahman menjelaskan bahwa kondisi bayi saat dibawa ke IGD sudah dalam keadaan lemas akibat dehidrasi berat.”Saat anamnesa dilakukan oleh perawat, diketahui pasien mengalami kehilangan cairan yang cukup serius karena sudah tiga hari sakit tanpa mendapatkan asupan makanan dan minuman yang cukup,” jelasnya.
Arief juga menyebut bahwa sebelum datang ke, bayi Omar telah dibawa ke dokter praktek. Namun, kondisinya tidak kunjung membaik.” Pasien mengalami kantuk tetapi bukan tidak sadar, yang menandakan adanya penurunan kesadaran akibat kurangnya nutrisi dan cairan dalam tubuh,” tambahnya.
Terkait kesulitan pemasangan infus, Arief menjelaskan bahwa kondisi pembuluh darah bayi yang mengalami dehidrasi berat membuatnya sulit ditemukan. Oleh karena itu, pihaknya menyarankan agar pasien dirujuk ke RSUD dr. Soedjono Selong, yang memiliki dokter spesialis untuk menangani kasus seperti ini, termasuk pemasangan infus melalui leher jika diperlukan.(lie)