Bau Nyale, Ribuan Masyarakat Lombok Padati Pantai Kaliantan

Bau Nyale, Ribuan Masyarakat Lombok Padati Pantai Kaliantan
BAU NYALE: Ribuan masyarakat Pulau Lombok, sejak Minggu malam (4/2), hingga Senin kemarin (5/2), tumpah ruah di Pantai Kaliantan, untuk mengikuti tradisi Bau Nyale. (IRWAN/RADAR LOMBOK)

SELONG—Ribuan warga dari berbagai daerah di Pulau Lombok, sejak Minggu malam (4/2), hingga Senin pagi kemarin (5/2), memadati Pantai Kaliantan, Desa Serewe, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur (Lotim), untuk mengikuti tradisi Bau Nyale (menangkap cacing laut, red).

Salah satu warga dari Sakra Barat, Amid mengatakan, dia sengaja datang ke Pantai Kaliantan memang untuk menangkap Nyale di hari pertama. Karena menurutnya, hari Senin merupakan hari pertama Nyale muncul, atau dalam bahasa Sasak disebut  Pemboyak.

Jika Nyale muncul pada hari Pemboyak ini, maka pada hari-hari selanjutnya dipastikan kemunculan Nyale akan melimpah. “Ribuan masyarakat yang turun ke laut pada hari ini (kemarin, red), hanya mencoba saja,” jelasnya kepada Radar Lombok, kemarin.

BACA JUGA : Nyale Sudah Keluar, Pemkab Lombok Tengah Ogah Disalahkan

Namun kalau melihat kebiasaan tahun-tahun sebelumnya, jika Nyale banyak ditangkap pada hari pertama, kemungkinan di hari kedua, Nyale juga akan muncul semakin banyak. Tetapi bisa juga pada hari kedua justeru tidak ada yang muncul sama sekali. ”Kalau melihat Nyale yang keluar pada hari ini (kemarin, red), maka di hari kedua akan lebih banyak lagi,” yakinnya.

Baca Juga :  Puncak Bau Nyale, Hitungan Para Mangku Bakal Meleset Lagi?

Sementara Amaq Apis, asal Desa Ganti, Lombok Tengah, meyakini bahwa kalau melihat banyaknya Nyale yang muncul pada hari pertama, maka dapat dipastikan hari kedua akan semakin banyak. Ini juga sesuai dengan perhitungan beradasarkan cuaca yang sedang berlangsung. ”Saya yakin, besok (hari ini, red) akan lebih banyak masyarakat yang datang untuk mencari Nyale. Sehingga Pesta Kaliantan akan lebih seru,” yakinnya.

Melihat pertanggalan bulan dan cuaca pada hari pertama, sebelum mayarakat turun menangkap Nyale, dia sendiri juga sudah meyakini kalau Nyale akan banyak keluar. Salah satu tanda yang terjadi yaitu adanya hujan angin yang terjadi semalam penuh, sehingga dipastikan Nyale pasti keluar.

“Biar Nyale banyak yang keluar hari pertama, tapi ini bukan Nyale yang bagus. Namun Nyale yang kita tangkap ini merupakan Nyale air yang jelek kualitasnya,” jelas Amaq Apis.

Sedangkan Ketua I Festival Kaliantan, Lalu Mustafa Bakri, mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lotim telah menetapkan kalau acara puncak “Bau Nyale” tahun 2018 akan dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2018. Penetapan tersebut berdasarkan rapat penentuan kemunculan Nyale bersama jajaran pemerintah kecamatan, dan para  tokoh masyarakat.

Baca Juga :  Abaikan Hasil ‘Sangkep Warige’, Waktu Bau Nyale Warga dengan Pemda Beda?

“Dimana berdasarkan hasil musyawarah dan perhitungan sejumlah tokoh masyarakat pada saat rapat penentuan puncak Bau Nyale tahun 2018, akan jatuh pada hari Rabu, tanggal 6 Februari 2018. Artinya, penerawangan sesepuh kita tidak meleset,” sebutnya.

Penetapan tanggal ini lanjutnya, adalah berdasarkan hasil penerawangan dan ritual yang sudah dilakukan, serta berdasarkan posisi bintang yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Dimana diyakini Nyale akan keluar pada tanggal 19 bulan Sasaq, dan akan berakhir pada tanggal 20 bulan Sasaq.

“Kalau istilah Sasaq, pada tanggal 19 kalender Sasaq, atau jatuh pada tanggal 5 Februari 2018, merupakan hari pencarian Nyale yang disebut dengan Pemboyak (pencarian pertama,red). Kemudian keesokan harinya pada tanggal 6 Februari 2018 merupakan hari terakhir yang disebut dengan Penumpah,” pungkasnya. (cr-wan)

Komentar Anda