Bau Nyale, Lautan Manusia Banjiri Pantai Seger

BAU NYALE: Pantai selatan Lombok Tengah dibanjiri manusia dalam event tahunan Bau Nyale, Sabtu malam (11/2). (M HAERUDDIN/RADAR LOMBOK)

PRAYA — Lautan manusia membanjiri kegiatan tradisi Bau Nyale (menangkap cacing laut, red) di Pantai Seger, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, sejak Jumat (10/2) hingga Sabtu (11/2). Masyarakat berbondong-bondong datang membawa serokan ikan untuk menangkap cacing laut. Setelah sebelumnya mengikuti acara seremonial pembukaan Bau Nyale di Pantai Tanjung Aan, yang bersebelahan dengan Pantai Seger.

Sejumlah pejabat juga nampak hadir dalam perayaan bau nyale ini, mulai dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) RI, Hj Ida Fauziah, mantan politikus partai Demokrat, Angelina Sondakh, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekrap RI, Bupati Lombok Tengah, H Lalu Pathul Bahri hingga para pejabat baik lingkup Pemprov NTB hingga Pemkab Lombok Tengah.

Kegiatan juga dimeriahkan dengan berbagai pentas seni dan pertunjukan band lokal, salah satunya Band Amtenar. Kemudian dimeriahkan juga dengan penobatan Putri Mandalika 2023 yang dimenangkan oleh Ni Luh Putu Ayu Heryani asal Kota Mataram yang berhasil menyisihkan 87 peserta lainnya.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenarekraf RI, Vinsensius Jemadu mengatakan, salah satu kunci pemulihan ekonomi paska pandemi Covid-19 yakni menciptakan event sebanyak mungkin. Karena dalam setiap event selalu disertai dengan multiplier effect yang menggeliat, terutama bagi para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Baca Juga :  Pengedar Jaringan Sumatera Dibekuk, 2,7 Kg Sabu Diamankan

“Penyelenggaraan event juga bisa memberikan hiburan pisikologis kepada masyarakat. Makanya kami mendorong untuk tetap menciptakan event sebanyak mungkin salah satunya event bau nyale yang merupakan wadah melestarikan seni dan budaya lokal,” ungkap Vinsensius Jemadu, Jumat (10/2) malam.

Menurut Vinsensius, Provinsi NTB memiliki berbagai potensi yang menarik untuk dikunjungi wisatawan, mulai dari alam yang indah, budaya yang masih lestari dan wisata buatan juga NTB sudah dimiliki seperti adanya sirkuit Mandalika yang menjadi lokasi perhelatan MotoGP dan WSBK yang cukup memberikan dampak.

“Tapi kita jangan sampai terlena dengan euforia event internasional, tapi event bau nyale ini yang betul memasyarakat yang harus kita dorong untuk ditingkatkan. Apalagi trand pariwisata dunia kedepan wisatawan cari yang unik, dan fesital budaya nyale adalah salah satu event yang mengemukakan keunikan dan ini yang disukai wisatawan,” terangnya.

Fesitval nyale memberikan pengalaman unik dan meningkatkan kearifan lokal, sehingga semua pihak harus bersinergi untuk terus digalakan dan terus ditingkatkan. “Namun ada yang penting diperhatikan yakni betapa pentingnya kita pasang tanda yang bisa menggiring penonton atau wisatawan untuk bisa datang ke lokasi bau nyale dan sinergi dan kolaborasi yang solid antara pemda dan pemprov,” tambahnya.

Sekda Provinsi NTB, Lalu Gita Ariadi menyampaikan, tokoh adat melalui sangkep warige sepakat momentum nyale dilakukan 10-11 Maret. Nyale mengajarkan bagaimana spirit pengorbanan untuk mempertahankan perdamaian agar tidak terjadi pertumpahan darah. “Putri Mandalika yang menceburkan diri ke laut bukan karena prustasi tapi bagaimana spirit pengorbanan,” terangnya.

Baca Juga :  23.549 Pendaki Gunung Rinjani Masuk Daftar Hitam TNGR

Awalnya Putri Mandalika ini di yakini hanya legenda, tapi  menurut Gita ternyata Mandalika kini menjadi wujud nyata dalam spirit pengorbanan masyarakat yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang rela menyerahkan areal persawahan atau lahan mereka untuk dikelola atau dikembangkan guna menarik datang orang sebanyak- banyaknya.

“Kini Mandalika mengundang orang sebanyak-banyaknya datang. Sekarang dari penjuru dunia datang, pengorbanan yang tidak sia-sia. Lahan awalnya LTDC kalau dari pelesetan Loteng dalam cerita. Tapi di bawah ITDC kini tidak lagi di bawah cerita dan menjadi lokasi yang banyak dikunjungi masyarakat di seluruh dunia,” cetusnya.

Bupati Lombok Tengah, H Lalu Pathul Bahri menyampaikan bahwa dari cerita yang berkembang, nyale merupakan jelmaan dari putri yang cantik jelita yang memilih menceburkan diri ke tengah laut karena tidak ingin membuat adanya pertikaian dengan banyaknya anak raja atau orang kaya yang mempersuntingnya. “Maka bau nyale ini mengajarkan kita untuk bagaimana mengedepankan rasa keadilan dan kebersamaan,” terangnya. (met)

Komentar Anda