
SELONG – Amaq Sumar asal Dusun Munjung Desa Loangmaka Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah meregang nyawa saat bau nyale nyale di kawasan pantai Kura-Kura Dusun Sunggkun Desa Ekas Buana Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur.
Korban ditemukan meninggal oleh anak saudaranya Ahmad Majidi sekitar pukul 05.05 Wita, Senin (25/2). Di mana pada saat itu, korban sendiri meminta pada anak saudaranya untuk tidak turun bau nyale (menangkap cacing laut) karena keadaan ombak masih besar. Akan tetapi korban yang melarang anak saudaranya turun malah turun bau nyale. “Setelah mendengar dia melarang saya untuk turun, saya kemudian bilang iya, dan saya akan mencari di pinggir saja,” tutur Kapolsek Jerowaru IPDA Abdul Rasyid menirukan keterangan Ahmad Majidi.
BACA JUGA: ITDC Dukung Penuh Festival Bau Nyale 2019
Setelah berpesan untuk tidak turun dulu karena ombak masih besar, Ahmad Majidi tidak melihat pamannya sudah berangkat ke tengah. Setelah beberapa lama kemudian, tiba-tiba Ahmad Majidi mendengar suara masyarakat yang sedang bau nyale ribut berteriak dengan kalimat ada mayat terapung. Ahmad Majidi langsung mendekat untuk melihat mayat itu. Betapa terkejutnya dia ketika melihat mayat itu adalah pamannya. “Pada saat saya melihat, kagetnya minta ampun. Karena barusan dia melarang saya turun dulu,” lanjut Abdul Rasyid meneruskan keterangan Ahmad Majidi.
Dengan melihat pamanya dalam kondisi lemas, Ahmad Majidi langsung menggotong tubuh yang sudah tidak bernyawa itu ke pinggir pantai kemudian dan meminta pertolongan kepada masyarakat untuk diantarkan pulang ke desanya. “Pada hari itu juga korban langsung dibawa pulang ke rumahnya,” ujarnya.
BACA JUGA: Warga Selatan Lestarikan Tradisi Bau Nyale
Abdul Rasyid mengatakan, mendengar kronologis kejadian ini, korban sendiri diperkirakan meninggal dunia karena terhempas ombak. Karena pada saat korban turun menangkap nyale, kondisi ombak masih besar namun korban tetap turun sehingga terseret ombak. “Terhadap kejadian ini, keluarga korban sudah mengikhlaskan kejadian ini dan menganggap ini sebagai musibah,” terangnya. (wan)