Batu Gerantung Dianggap Sebagai Kampung Adat Tertua

BUKTI: Salah satu generasi yang menunjukan bukti-bukti peninggalan nenek moyangnya (HERY MAHARDIKA/RADAR LOMBOK)

Kabupaten Lombok Utara dikenal sebagai salah satu daerah yang akan kaya akan tradisi dan adat istiadat. Banyak ditemukan kampung adat dan tradisi leluhur peninggalan nenek moyang masyarakat setempat yang masih dipertahankan sampai sekarang. Salah satunya di Dusun Batu Gerantung Desa Loloan Kecamatan Bayan.

 

 


HERY MAHARDIKA-TANJUNG


 

BATU Gerantung tak hanya dikenal sebagai salah satu kampung adat di Lombok Utara. Kampung itu bahkan dianggap sebagai kampung adat tertua. Usianya sudah ratusan tahun. Kampung bahkan diakui lebih tua dari kampung adat Bayan Beleq (Bayan besar).

Beberapa bukti peninggalan adatnya diakui dan masih dilaksanakan warga setempat. Salah satunya maulid dan lebaran adat. Di mana kedua tradisi yang menjadi bagian dari agama Islam itu, dilaksanakan dengan prosesi dan ritual tertentu. Untuk maulid misalnya, dilaksanakan tanggal 15 Rabiulawal tahun Hijriah.

Sedangkan untuk lebaran biasanya dilaksanakan pada 5 Syawal. Beberapa prosesi ritual yang masih dilestarikan seperti mandi beras. ‘Sebagai salah buktinya juga sudah empat generasi yang tinggal di dusun ini. Ini yang menjadi salah satu bukti kampung tersebut termasuk salah satu yang tertua di Lombok Utara,” ungkap salah satu tokoh masyarakat Dusun Batu Gerantung, Nursadam kepada Radar Lombok, akhir pekan lalu.

Kampung yang dihuni 200 kepala keluarga itu, tutur Nursadam, terdapat beberapa bangunan tradisional. Seperti bale beleq (rumah besar), lumbung (tempat penyimpanan padi/makanan zaman dulu masyarakat Lombok), dan berugak (tempat duduk bertiang empat).

Kata Nursadam, di dalam bale beleq terdapat beberapa peninggalan benda pusaka milik leluhur kampung setempat. Benda pusaka itu diwariskan secara turun temurun. Seperti keris, perlengkapan dapur adat, dan kain adat. Ada empat keris yang tertempel di dinding pagar yang ada di dalam bale beleq. “Keris-keris ini digunakan hanya pada saat acara-acara besar seperti maulid dan lebaran,” jelasnya.

Bagian dalam bale beleq masih terjaga keasliannya. Seperti lantai masih berbahan tanah dan struktur bagian dalam yang memiliki fungsi sendiri. Di dalam bale beleq tersebut terdapat pelataran yang cukup tinggi. Fungsinya sebagai tempat menyiapkan sesaji atau makanan yang akan digunakan dalam acara adat.

Kemudian, terdapat juga berugak yang dijadikan sebagai tempat bermusyawarah dalam memutuskan perkara. Di kampung ada beberapa berugak yang memiliki beberapa tiang. Ada yang empat, enam dan juga delepan. Hanya saja, fungsinya pun dibeda-bedakan. “Khusus berugak yang memiliki pilar delapan atau yang biasa disebut tiang baluq difungsikan untuk pemecahan persoalan adat. Misalnya seperti negosiasi merariq dan sebagainya,” paparnya.

Meskipun dibeberapa desa lain seperti, Bayan Beleq, Anyar, Sukadana juga memiliki berugak tiang baluq. Namun berugak yang ada di dusunya merupakan yang tertua dan disakralkan. “Dulu ada kasus pernikahan sedarah (bero) dan itu wajib diseleseikan di berugak ini. Setelahnya kedua pelaku harus dibawa ke Labuan Jong dekat Labuan Carik untuk dihukum. Barulah mereka bisa dibawa lagi ke darat untuk dimakam kan,” jelasnya.

Selain itu, fungsi berugak tiang baluq juga digunakan untuk pertemuan-pertemuan tokoh adat Bayan. Terlebih ketika ada gelaran begawe seperti maulid adat dan sebagainya mesti berkumpul di sana. “Termasuk salah satunya bale beleq, bale ini juga sakral dan umur kedua objek ini telah sekitar 160 tahun lebih. Tidak sembarang orang boleh masuk karena terdapat pemangku turun temurun yang menjaganya,” katanya.

Menurut Nursadam, nama Batu Gerantung memiliki arti sendiri. Batu berarti gong, geran berarti jatuh, dan tung berarti suara. Jika digabungkan maka batu yang mengeluarkan suara. Sebelum memasuki Dusun Batu Gerantung, kita bisa menemukan sebongkah batu yang menjadi simbol arti dari Batu Gerantung tersebut. “Sebenarnya, kami sangat banyak peninggalan nenek moyang yang tersimpang di bale beleq, namun sejumlah peninggalan itu ikut terbakar di bale beleq, yang terjadai pada tahun 1991,” ungkapnya. 

Selanjutnya, ada batu yang berada di pintu masuk kampung ini dipercaya oleh masyarakat setempat. Kalau berbunyi, maka akan ada sesuatu yang akan datang di kampung tersebut. Sehingga di batu terdapat bekas pukulan dalam bentuk bulat.

Untuk menjaga keasliannya, sejumlah bangunan seperti bale beleq maupun berugaq yang ada di kampung tersebut, pihak dusun hanya mampu merenovasi bagian atap yang berbahan jerami atau alang-alang. “Atapnya saja yang pernah kita perbaiki. Kalau yang lain masih asli,” kata Kepala Dusun Batu Gerantung Raden Kertawali.

Raden mengakui saat ini perkembangan teknologi dan zaman sudah mulai melunturkan budaya yang ada di kampung tersebut. ”Ini yang sedang kita coba pertahankan dengan menyasar remaja agar ikut melestarikan budaya dan peninggalan yang ada,” tandasnya. (bersambung)