Banyak Serang Ibu Rumah Tangga, Laki-laki Banyak tak Jujur

Penderita HIV/AIDS di NTB terus bertambah. Data terbaru Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi NTB menyebutkan ada sekitar 1.168 kasus HIV/AIDS di provinsi ini.


ZULFAHMI-MATARAM


Bagi seorang konselor HIV/AIDS, tugas utamanya tentu bagaimana memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit HIV/AIDS di tengah masyarakat.

Salah seorang konselor di Puskesamas Karang Taliwang Kota Mataram dr. Dewa Ayu Nyoman Katarina, mengungkapkan, dari kegiatan-kegiatan penyuluhan yang dilakukan di sekolah-sekolah hingga di tengah masyarakat, ini memberikan dampak positif dengan semakin terbukanya para perempuan yang ingin memeriksakan kesehatan reproduksi mereka.

Namun di satu sisi konselor juga masih merasa kesulitan mencegah dan melakukan penanganan lantaran pasangan laki-laki masih banyak yang tidak mau jujur. Dengan kata lain tidak mau memeriksakan diri ketika pasangan perempuannya sudah ada gejala HIV/AIDS.

Saat ditemui diruang kerjanya  kemarin, dokter Ayu menjelaskan, Puskesmas Karang Taliwang pada tahun 2012 sudah ditetapkan menjadi Puskesmas Layanan Komprehensif Berkesinambungan ( LKB ) bersama empat Puskesmas yang lain di Kota Mataram.

Sebelum ditetapkan, pencegahan HIV/AIDS hanya dengan menunggu pasien datang ke Puskesmas karena sudah ada VCT. Tetapi sejak ditetapkan menjadi LKB, pola pencegahan berubah dengan banyak turun ke lapangan memberikan edukasi.”Sekarang pencegahan kita terjun langsung ke masyarakat,” paparnya.

Baca Juga :  Penderita HIV/AIDS di Lotim Cukup Tinggi

Sejak taun 2012 Puskesmas melakukan kolaborasi penanggulangan HIV/AIDS dengan penanggulangan  Tubercolosisi (TB ), pemeriksaan ibu hamil dan  dan menyediakan kelas remaja dengan menyediakan poli  (PKPR) atau dikenal dengan Pelayanan Konseling Reproduksi Remaja. “ Untuk melakukan pencegahan kami mengedukasi agar masyarakat  paham dulu apa itu HIV/AIDS," tegasnya.

Untuk memberikan pemahaman ini dilakukan kerjasama dengan bidang penyuluhan, sekolah, UKS  dan lain-lain. Untuk pencegahan, konselor biasanya menerapkan sistem (ABCDE)

A maksudnya Abstinancy yakni tidak berhubungan seks sebelum menikah.” Posisi ini lebih kami tekankan kepada remaja yang belum menikah,” paparnya.

Selanjutnya ada B atau be faithful yakni harus setia pada pasangan masing-masing baik suami terhadap istri begitu juga istri terhadap suami. Pencegahan yang kedua ini diakui memang agak sulit karena selama ini banyak pasangan laki-laki yang tidak setia. Buktinya dari beberapa kasus yang ditemui, angka penderita HIV/AIDS banyak berasal dari ibu-ibu rumah tangga yang tidak pernah tahu dan tidak pernah kenal dengan dunia luar.” Penyebabnya tidak lain tidak bukan kalau salah satu diantara pasangan ada yang sering gonta-ganti pasangan di luar,” tuturnya.

Baca Juga :  Jumlah Penderita HIV/AIDS di Kota Mataram Membengkak

Untuk perempuan yang sadar dengan pasangannya dan ada yang mulai merasa terganggu dengan dengan keluhan tanda-tanda HIV, ibu-ibu lebih berani memeriksakan diri daripada lelaki.

Sejak program ada, aksesi mulai naik sejak 2011 banyak perempuan dan atau ibu rumah tangga yang  datang sendiri untuk pemeriksaan HIV, dan biasnya mereka yang sudah datang ini tahu kalau mereka sendiri beresiko. Sedangkan ibu-ibu yang tidak tahu biasanya dilakukan pemeriksaan secara tidak langsung saat pemeriksaan penyakit keputihan, TBC dan pemeriksaan kehamilan.

Saat ini dari hasil pananganan kasus, penderita HIV/AIDS dari segi usia sudah melai menyerang remaja , karena dari usia penderita mulai dari usia 20 tahun ke atas. Dan saat ini ada pasien berusia 21 tahun.” Saya ada pasien usia 21 tahun,” pungkasnya.(*)

Komentar Anda