Banyak Dikritik, KPU Lobar Ubah Format Debat Kedua

DEBAT : Suasana debat kandidat pertama calon Bupati - Wakil Bupati Lombok Barat yang digelar beberapa waktu lalu. (Fahmy/Radar Lombok)

GIRI MENANG – Komisi Pemilihan Umum ( KPU) Lombok Barat akan menggelar debat kedua pasangan calon Bupati – Wakil Bupati Lombok Barat Rabu (13/11) besok malam. Di debat kedua ini jumlah pendukung masing-masing paslon yang boleh hadir di ruangan dikurangi dari jumlah di debat sebelumnya. Masing-masing paslon hanya boleh membawa 40 orang.

Anggota KPU Lombok Barat Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat Dan Sumber Daya Manusia, Hamdi, menyampaikan bahwa jumlah pendukung per paslon hanya 40 orang.” Jumlah pendukung yang  boleh masuk hanya 40 orang termasuk paslon,” kata Hamdi, Senin (11/11).

Kalau di debat sebelumnya jumlah yang boleh hadir 80 orang per paslon. Pertimbangan kondusivitas di dalam ruangan debat menjadi alasan KPU membatasi pendukung yang hadir. Sebab pengalaman sebelumnya, banyaknya pendukung yang hadir justru menganggu konsentrasi paslon.

“Supaya apa yang disampaikan masing-masing pasangan calon bisa jelas tersampaikan terutama di live streaming dan siaran TVRI. Supaya masyarakat yang menonton di rumah bisa mendengar lebih jelas,” jelasnya.

Debat kedua akan berlangsung di Senggigi dengan tema “Sinergitas Kebijakan Strategis Pemerintah Pusat dengan Daerah serta Memperkokoh Kesatuan Negara Rupblik Indonesia”. Hamdi mengatakan format debat yang akan dipergunakan masih sama dengan pelaksanaan debat pertama.

“Nanti akan dibagi per segmen. Segmen satu penyampaian visi dan misi, selanjutnya ada pendalaman visi misi oleh tim panelis. Kemudian ada sesi debat paslon dan ada closing statement,” paparnya.

Tim perumus tetap mengunakan tim saat debat pertama. Hanya saja untuk panelis terdapat perubahan lantaran mengikuti tema debat. Pihaknya masih menggunakan tim dari Universitas Mataram (Unram), Universitas Muhammadiyah Mataram, Universitas Nahdatul Ulama (UNU) NTB dan satu orang praktisi.  “Ada lima orang untuk panelis kita ambil akademisi dari perwakilan universitas di Mataram,” bebernya.

Terkait dengan moderator yang sempat menjadi keluhan di debat pertama, Hamdi mengaku untuk debat kedua diganti. Moderator yang memiliki latar belakang seorang jurnalis dan seorang akademisi yang aktif di media ditunjuk.

“Sudah juga disampaikan oleh para paslon agar moderator lebih tegas. Dan kita juga sudah sampaikan itu kepada moderator,” ungkapnya.

Nanti posisi duduk moderator akan menghadap langsung para pendukung paslon sehingga akan mudah mengatur jalannya proses debat agar tetap kondusif. Kemudian untuk posisi paslon saat di mimbar debat, Hamdi mengatakan akan dibentuk oval agar mempermudah paslon saling berhadapan atau  melihat paslon lain ketika sesi debat. “Termasuk juga layar monitor yang di belakang (paslon) akan akan lebih luas,” imbuhnya.

Hamdi menambahkan di debat kedua ini juga ada tata tertib yang harus dipatuhi para paslon. Salah satunya penggunaan bahasa daerah saat pelaksanaan debat. Para paslon yang menggunakan bahasa daerah harus juga menyertakan terjemahannya menggunakan Bahasa Indonesia. Termasuk pengunaan Bahasa Inggris maupun singkatan. “Supaya dipahami paslon lain dan penonton. Karena debat ini disaksikan oleh banyak orang, tidak hanya orang Lobar tetapi orang luar yang memiliki hak pilih,” pungkasnya.

Calon Wakil Bupati Lobar Hj. Nurul Adha sangat berharap pelaksanaan debat kedua bisa berjalan dengan lebih kondusif dari debat pertama supaya para paslon bisa nyaman dalam suasana debat yang berlangsung. “Karena (di debat pertama) semua paslon tidak bisa mendengar pertanyaan dari paslon lain dengan maksimal karena keributan dari tim sukses. Karenanya kita berharap debat kedua ini lebih kondusif dan Khusunya moderator bisa lebih tegas menjalankan perannya sehingga acara itu nyaman kita rasakan,” sarannya.

Politisi PKS Lobar ini setuju KPU mengurangi lagi jumlah pendukung yang masuk dalam ruangan debat. Sebab di debat itu adu gagasan para paslon membangun daerah lima tahun kedepan yang ingin didengar masyarakat luas agar masyarakat bisa menentukan pilihannya dengan baik.

“Kalau kita sendiri tidak bisa mendengar pertanyaan dengan jelas, pasti otomasis jawabanyan akan kurang nyambung,” pungkasnya. (ami)