Bantah Nodai Agama, LAFW Tulis Surat Terbuka ke Presiden

SURAT TERBUKA: Inilah postingan surat terbuka LAFW di akun facebook-nya yang ditujukan ke Presiden RI dan Kapolri (Ist/)
SURAT TERBUKA: Inilah postingan surat terbuka LAFW di akun facebook-nya yang ditujukan ke Presiden RI dan Kapolri (Ist/)

MATARAM – Terlapor penyebar isu sara di media sosial berinisial LAFW asal Cakranegara, Kota Mataram mengadu dengan membuat surat terbuka  kepada Presiden RI dan Kapolri.

 Melalui  media sosial facebook miliknya bernama “Lalu Agus Firad Wirawan” yang diposting Selasa (28/7), LAFW  menceritakan  masalah dugaan postingan isu sara yang menjeratnya. Ia mengatakan bahwa   telah dimintai keterangan oleh penyidik kepolisian resort kota (Polresta) Mataram pada Senin (27/7) dari pukul  08.50 WITA  hingga pukul 24.00 malam usai dilaporkan ke polisi. Namun sebelum lebih jauh membahas masalah yang dialaminya,LAFW terlebih dahulu menyampaikan kekagumannya pada sosok presiden RI Joko Widodo.  ‘’Pak Jokowi adalah idola saya sejak bapak jadi walikota Solo, Gubernur DKI dan sekarang Presiden,”tulis LAFW.

 Selanjutnya, LAFW juga menyampaikan kekagumannya terhadap Kapolri Jenderal Idham Aziz.” Saya terkagum saat dengan fasihnya bapak menyanyikan lagu BONGKAR!!! seketika setelah baru saja dilantik jadi Kapolri,”sebutnya. Tidak hanya itu, LAFW juga menyebutkan kekagumannya kepada Mantan Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang kini menjabat Menteri Dalam Negeri. Kekagumannya kepada Tito  karena dianggap sangat  anti terhadap kaum radikal  yang menjadi biang kerok terseoknya kemajuan pembangunan Indonesia.

 Usai menyampaikan kekagumannya pada tiga tokoh tersebut, LAFW kemudian melanjutkan ceritanya. Dimana ia mengaku telah didatangi kelompok LSM yang tersinggung atas postingannya di media sosial karena dianggap menodai agama Islam. Namun ia bersyukur polisi segera mengamankan dirinya ke kantor polisi.  ‘’Alhamdulillah aparat kepolisian bertindak cepat dengan mengamankan saya dan membawa saya ke kantor Polresta Mataram segera sebelum peristiwa yang tak diinginkan terjadi,”bebernya.

 LAFW menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menodai agama Islam. Sebab ia mengaku sebagai Islam sejati dan sangat mencintai agamanya. “Sejak lahir hingga dewasa saya dididik dengan norma-norma Islam yang damai dan mengayomi semua ummat manusia serta seluruh alam,”ungkapnya.

 LAFW mengatakan bahwa dirinya kerap menyuarakan pembelaan pada kaum minoritas yang merasa ‘tertindas’ dalam menjalankan kewajiban agama mereka oleh kelompok yang dianggap intoleran. “Sikap saya sering dianggap kontroversi karena saya pernah mengajukan diri menjadi ketua pembangunan rumah ibadah ummat Hindu yang ada di Lombok Utara ketika saat itu sekelompok orang ingin menghalangi kebebasan orang lain untuk menjalankan agama. Bagi saya, membela hak-hak kaum minoritas itu justru adalah kewajiban dalam agama yang saya anut,”tuturnya.

LAFW mengaku berpegang teguh pada prinsip bahwa Islam adalah Rahmat bagi semua alam. Dia sering belajar dari dua ulama besar yaitu KH. Abdurrahman Wahid dan juga TGH. Zainul Majdi atau biasa disapa TGB (Tuan Guru Bajang-TGH Zainul Majdi)

Terkait masalah yang dialaminya, LAFW menyebut bahwa polisi telah berusaha memediasi dia dengan pelapor. Hanya saja belum menemui  terang.  LAFW mengaku dipaksa meminta maaf atas postingan yang dibuatnya. Hanya saja dirinya merasa tidak perlu untuk minta maaf. Sebab postingan yang dibuatnya tidak ada yang salah. “Masalah saya menggunakan diksi yang dianggap kasar untuk kalimat akronim PA 212 yang saya sebut sebagai penyundal agama  pun saya bersikukuh merasa benar!,”ungkapnya.

Ia mengatakan hal tersebut bukan tanpa alasan.  Dia melihat setiap tindakan politik yang dilakukan kaum tertentu  selalu mengatasnamakan agama. Dari sesederhana menyakiti kaum minoritas di negeri ini hingga menghujat pemerintah yang tidak mau menuruti syahwat politik mereka. “Saya ingin bertanya pada nurani pak Presiden dan pak Kapolri, sebagai sesama Muslim apakah bapak-bapak tidak sakit mendengar teriakan-teriakan sadis berembel-embel kalimat Tauhid yang seharusnya terdengar indah di telinga semua orang itu???,”tulisnya.

LAFW kemudian melanjutkan menyampaikan rasa kekagumannya kepada Jokowi. Sebab meski Jokowi dicaci dan dimaki tetapi tetap berbuat yang terbaik untuk rakyat. Sebagai penutup, LAFW berharap hukum benar-benar ditegakkan. Menurut LAFW tidak boleh ada persekusi. “Saya berharap wibawa negara bisa ditegakkan,”tutupnya.

Berikut surat terbuka LAFW yang ditujukan ke Presiden RI dan Kapolri selengkapnya:

SURAT TERBUKA

Kepada Yth.

Bapak Presiden dan Bapak Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

di JAKARTA

Assalamulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Teriring salam takzim dan hormat kepada Bapak berdua sebagai wali amanah dan pemangku kebijakan sektor keamanan di negeri ini, semoga Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa selalu memberikan kesehatan dan kekuatan kepada bapak berdua untuk mengemban amanah bangsa besar ini.

Ijinkan saya melalui surat terbuka ini memberikan keterangan dari apa yang menimpa saya hari ini tepatnya sekira pukul 08.50 WITA pagi kemarin hingga pukul 24.00 malam.

Pak Presiden dan Pak Kapolri,

Nama saya Lalu Agus Firad Wirawan, seorang pekerja wiraswasta bidang energi terbarukan dan teknologi elektronika, saya juga adalah pekerja sosial paruh waktu yang disela-sela kesibukan profesi, menggeluti dunia sosial politik dalam ikut membantu agar bangsa ini cepat dapat menggapai cita-cita kesejahteraan dan keadilan.

Saya empat kali bertemu bapak presiden dalam setiap kunjungan ke kampung halaman saya di Lombok NTB, satu kali di Bali. Pak Jokowi adalah idola saya sejak bapak jadi walikota Solo, Gubernur DKI dan sekarang Presiden. Sayang memang di laman FB saya terdahulu banyak sekali dokumentasi kegiatan sosial saya yang menjadi viral di medsos karena pendapat-pendapat saya oleh teman-teman dianggap ‘terlalu membela’ pak Jokowi, itu semua karena menurut saya, bapak memang pantas digugu dan ditiru dalam banyak hal yang tak banyak orang Indonesia miliki saat ini.

Demikian pula dengan pak Jenderal Idham Azis, saya terkagum saat dengan fasihnya bapak menyanyikan lagu BONGKAR!!! seketika setelah baru saja dilantik jadi Kapolri. Seperti juga kekaguman saya pada pak Tito Karnavian yang begitu anti pada radikalis dan terorisme yang menjadi biang kerok terseoknya kemajuan pembangunan kita.

Pak Kapolri,

Kemarin pagi saya didatangi oleh sekelompok orang yang menamakan dirinya sebagai LSM KASTA NTB, entah singkatan apa KASTA itu saya tak pula tahu. Mereka memaksa Satpam di perumahan tempat saya tinggal untuk menunjukkan rumah saya dan rencananya akan mempersekusi saya. Konon mereka tersinggung atas semua postingan saya di sosial media (Facebook) yang mereka tuduh menodai agama Islam! Alhamdulillah aparat kepolisian bertindak cepat dengan mengamankan saya dan membawa saya ke kantor Polresta Mataram segera sebelum peristiwa yang tak diinginkan terjadi.

Astagfirullah pak! Saya ini Islam sejati yang sangat mencintai agama saya! Sejak lahir hingga dewasa saya dididik dengan norma-norma Islam yang damai dan mengayomi semua ummat manusia serta seluruh alam. Oleh sebab itulah, pada posting-posting sebelumnya saya banyak menyuaran pembelaan pada kaum minoritas yang merasa ‘tertindas’ dalam menjalankan kewajiban agama mereka oleh kelompok yang kemudian kita kenal sebagai kelompok radikal dan intoleran! Sikap saya sering dianggap kontroversi karena saya pernah mengajukan diri menjadi ketua pembangunan rumah ibadah ummat Hindu yang ada di Lombok Utara ketika saat itu sekelompok orang ingin menghalangi kebebasan orang lain untuk menjalankan agama. Bagi saya, membela hak-hak kaum minoritas itu justru adalah KEWAJIBAN dalam agama yang saya anut; ISLAM! Pak Presiden dan Pak Kapolri pasti sepakat untuk mengatakan bahwa agama kita ini adalah RAHMATAN LIL ALAMIN, bukan RAHMATAN LIL ARABIN! Apalagi RAHMATAN LIL RADIKALIST!!!

 Karena keyakinan saya pada Islam yang damai dan penuh cinta itulah justru menjadikan saya mengambil langkah kontra pada semua jenis tindakan intoleran yang mengatasnamakan agama saya. Saya sangat yakin, Islam Nusantara yang saya pelajari dari KH Abdurahman Wahid (Gusdur) dan sahabat saya TGB Zainul Majdi adalah selayak-layaknya untuk patron yang paling sesuai dengan keseharian kita sebagai bangsa yang berPancasila! Islam itu ramah, bukan Islam marah-marah! Islam itu damai bukan Islam main bantai!

Pak Kapolri, polisi sudah berusaha memediasi ‘kesalahpahaman’ antara saya dan orang-orang itu siang tadi di kantor Mapolresta Mataram, namun demikian rupa-rupanya syahwat politik yang membekingi mereka belum puas, mereka datang lagi. Mungkin karena ‘mediasi’ yang diusahakan pihak Polres Mataram kemarin siang itu gagal menemui titik jumpa akibat mereka bersikeras seperti memaksa agar saya meminta maaf dan mengakui postingan-postingan yang dimaksud adalah salah. Tentu saya menolak semua klaim mereka dan serta merta menyatakan bahwa saya tak samasekali merasa ada yang salah dengan postingan-postingan saya tersebut. Masalah saya menggunakan diksi yang dianggap kasar untuk kalimat akronim PA 212 yang saya sebut sebagai PENYUNDAL AGAMA pun saya bersikukuh merasa benar! Karena saya melihat, disetiap tindakan politik yang dilakukan mereka selalu mengatasnamakan agama! Dari sesederhana menyakiti kaum minoritas di negeri ini hingga menghujat pemerintah yang tidak mau menuruti syahwat politik mereka! Saya ingin bertanya pada nurani pak Presiden dan pak Kapolri, sebagai sesama Muslim apakah bapak-bapak tidak sakit mendengar teriakan-teriakan sadis berembel-embel kalimat Tauhid yang seharusnya terdengar indah di telinga semua orang itu???

Pak Presiden,

Saya yakin dan telah pula membuktikan bahwa bapak adalah figur yang luar biasa! Dicacimaki, difitnah, dihina, dituduh kafir, dibilang komunis laknat, tapi bapak tetap saja berbuat yang terbaik bagi rakyat! Bahkan kepada mereka yang dalam kesehariannya ikut-ikutan latah mendzolimi bapak! Lombok sudah membuktikan betapa besar kasih sayang bapak kepada masyarakat yang dalam dua kali Pilpres tak pernah mendukung bapak lebih dari 30%!!! Tak cuma saat musibah gempa menghantam pulau kecil ini, tapi sejak awal menjabat presiden, saya menghitung sudah lebih dari 10 kali pak Jokowi mengunjungi kami, sudah puluhan triliun dana APBN bapak gelontorkan untuk membangun kawasan pariwisata, agro industri dan sebagainya! Saya malu pak, benar-benar malu rasanya kalau harus terus diam saat nama bapak, pak Jenderal Tito, pak Luhut Binsar, dihina sebagai antek aseng komunis, anti Islam dan sejenisnya! Kalau pak Jokowi mungkin bisa sabar, tapi tidak demikian dengan saya, saya sangat terpukul agama saya dipakai untuk tujuan-tujuan politik kotor seperti itu! Apalagi oleh orang-orang yang dikenal selama ini jadi penikmat kebijakan pembangunan bapak! Meminjam istilah sahabat saya TGB; itu orang-orang disebut KUFUR NIKMAT!!!

 

Pak Kapolri,

Saya adalah hamba hukum yang taat azas, karenanya apapun yang dituduhkan mereka kepada saya akan saya pertanggungjawabkan tak hanya di hadapan hukum, tapi juga dihadapan Allah pada saat ajal menjemput saya kelak. Kita semua tak mungkin menghindar dari pengadilan akhirat itu. Oleh karenanya lah saya katakan pada rekan-rekan penyidik kemarin bahwasanya saya tidak mau samasekali meminta maaf pada mereka, saya yakin apa yang saya lakukan mengandung kebenaran yang hakiki bahwasanya orang-orang yang selama pemerintahan bapak ikut menikmati nikmatnya kue pembangunan itu sudah memakai agama kita sebagai alat politik untuk menyerang lawannya! Inilah yang saya sebut sebagai pemerkosaan agama! Adalah wajib hukumnya untuk saya lawan!!! Hatta hanya tersisa seorang saya yang bertahan untuk itu!

Pak Presiden dan pak Kapolri, hukum harus tegak di negara ini! Tak boleh ada tindakan apapun diluar daripadanya, oleh siapapun selain aparat! Maka saya berharap wibawa negara bisa ditegakkan. Kalau dalam kejadian persekusi-persekusi sebelumnya korban menyerah tanpa daya, kali ini saya bertekad tidak akan tunduk pada keinginan mereka. Saya dan keluarga punya harga diri pak, dan kami takkan pernah surut sejengkalpun untuk mempertahankan kebenaran!

Demikian kiranya yang dapat saya sampaikan. Untuk perhatian bapak-bapak, saya haturkan terimakasih.

Billahi Taufik Wal Hidayah

Assalamualaikum Wr. Wb.

 

Lalu Agus Firad Wirawan

 Sebelumnya, polisi telah meminta keterangan LAFW atas postingan di akun facebooknya diduga mengandung isu sara dan ujaran kebencian. Namun polisi tidak melakukan penahanan. “Kemarin diamankan hanya untuk dimintai keterangan. Selain itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kita tidak menahannya,”kata Kasat Reskrim Polresta Mataram, AKP Kadek Adi Budi Astawa, Rabu (28/7).

 Menurut Kadek Adi, pihaknya tidak bisa menahan yang bersangkutan karena belum berstatus tersangka. Untuk menetapkan LAFW tersangka pun  pihaknya tidak bisa sembarangan. Perlu ada minimal dua alat bukti. “Sejauh ini kita belum memiliki alat bukti yang cukup,”paparnya.

Meski begitu, bukan berarti LAFW bisa bernafas lega. Sebab proses penyelidikan kata Kadek Adi masih berjalan. LAFW pun dikenakan wajib lapor. Polisi juga bisa memanggil apabila membutuhkan keterangan LAFW untuk proses penyidikan lebih lanjut. “Saat ini kita mintai keterangan pelapor dulu,”ungkapnya.

 Seperti diketahui, LAFW diduga kerap memposting konten berbau sara. Postingan tersebut LAFW unggah di media sosial facebook miliknya bernama Lalu Agus Firad Wirawan. Salah satu postingannya yaitu “Kalau semua cara Arab dianggap Islami, lama2 rukun iman nambah jadi 7, yg terakhir perkosa pembantu! #SaveKelepon,”ungkapnya.

 Postingan tersebut diunggah sekitar enam hari yang lalu. Dalam postingan yang lain LAFW juga menyinggung Nabi Muhammad SAW dan perjuangan gerakan 212. Dimana postingannya berbunyi ” Mungkin baginda Nabi akan kena serangan jantung kalau melihat ketololan kadrun Penyundal Agama 212 ini,” tulisnya sekitar satu hari yang lalu.

Postingan ini kemudian menimbulkan reaksi kemarahan dari sebagian masyarakat dan melaporkannya ke polisi. Polisi kemudian bertindak dengan mengamankan LAFW di rumahnya pada Senin pagi (27/7) sekitar pukul 06.30 Wita (der)

Komentar Anda