Balita Lobar Positif, Bupati Minta Warga Patuh

Pasien Positif Covid-19 di Lobar Bertambah Jadi Enam

CEGAH COVID-19: Tim Gugus Tugas Pemkab Lobar tetap turun melakukan pencegahan penyebaran Covid-19 di Kabupaten Lombok Barat. (IST FOR RADAR LOMBOK)
CEGAH COVID-19: Tim Gugus Tugas Pemkab Lobar tetap turun melakukan pencegahan penyebaran Covid-19 di Kabupaten Lombok Barat. (IST FOR RADAR LOMBOK)

GIRI MENANG—Kabupaten Lombok Barat kini menjadi zona merah wabah Covid-19, setelah empat warganya dinyatakan positif Covid-19. Empat orang yang dinyatakan positif itu berasal dari Kecamatan Lingsar 1 orang, dan Kecamatan Narmada  1 orang yang sudah lebih dulu diumumkan oleh tim Gugus Tugas Provinsi NTB pada Jumat lalu.

Selanjutnya dua pasien positif diumumkan lagi pada Sabtu (11/4) lalu, dimana dua orang yang positif tersebut, salah satunya yaitu pasien nomor 27 atas nama HW, laki-laki, usia 2 tahun, penduduk  Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat.

”Pasien 27 dan keluarganya tidak ada riwayat bepergian ke daerah terjangkit Covid-19. Riwayat kontak dengan pasien Covid-19 juga tidak ada. Saat ini dirawat di Ruang Isolasi RSUD Provinsi NTB dengan kondisi baik,” ungkap Sekda Provinsi NTB H.L Gita Aryadi dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.

Dan kini, doa untuk kesembuhan HW, Balita (bawah lima tahun) usia 2 tahun, yang  malang ini terus disuarakan banyak warga, tak terkecuali di media sosial (Medsos).

Sedangkan pasien kedua yaitu pasien nomor 30 atas nama Ny. RA, perempuan, usia 51 tahun, penduduk Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat. Pasien tidak pernah melakukan perjalanan ke daerah terjangkit Covid-19. Riwayat kontak erat dengan Pasien nomor 04. Saat ini menjalani karantina di Wisma Nusantara dengan kondisi baik.

Terhadap balita yang berusia 2 tahun yang positif ini, menjadi perhatian dari Pemerintah Provinsi NTB, karena memang orang tuanya tidak memiliki riwayat pernah keluar daerah, atau pernah kontak dengan pasien positif lainnya.

Menanggapi Balita yang positif ini, Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid mengaku sangat kaget dengan temuan kasus ini. “Saya sangat kaget dan prihatin. Bagaimana mereka dapat tertular Covid 19 itu? Terutama dengan bayi yang baru berusia 2 tahun,” ungkap Fauzan prihatin.

Fauzan membayangkan bagaimana susahnya kalau akan mengisolasi bayi usia 2 tahun dalam kondisi seperti sekarang ini. “Bayangkan bagaimana susahnya, pasti sangat rewel. Kasihan para tenaga kesehatan kita. Kalau nanti hasil rapid test ibunya negatif, saya tidak bisa bayangkan repotnya para perawat mengasuhnya. Saya pun tidak bisa bayangkan perasaan ibunya,” tambahnya.

Dengan bertambahnya positif Covid 19, Fauzan mengibaratkan perjalanan beberapa waktu ke depan akan lebih memprihatinkan. “Semoga Allah menyelamatkan kita semua, tapi ini seperti fenomena gunung es. Kita tidak tahu bagaimana kondisi kita di hari-hari mendatang. Untuk itu, kita akan terus pantau hasil tracking kontak, dari mana mereka bisa tertular dan dengan siapa kontak mereka. Bayangkan berapa kali tracking, karena ini seperti multi level, saling menyambung. Satu positif dari hasil tracking, maka harus tracking kontak lagi. Berapa biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk rapid test dan swab,” keluh bupati.

Untuk itu, pihaknya meminta agar masyarakat seharusnya bisa mematuhi anjuran pemerintah. “Kita semua sudah banyak melakukan kesalahan dengan mengabaikan imbauan pemerintah, dokter, bahkan MUI,” sesal Fauzan.

Bagi Fauzan, Covid 19 di Lombok Barat bukan lagi ancaman, tapi sudah nyata ada, sehingga ia sangat menyesalkan masih ada masyarakat yang menyepelekan imbauan pemerintah. “Tidak saja lewat media televisi, koran, dan lainnya, bahkan tentara dan polisi sampai turun mengingatkan. Mereka itu unsur pemerintah. Saya pun setiap malam door to door ke masjid-masjid untuk mengimbau, ayo taati anjuran pemerintah, dokter, dan MUI. Mereka ini lembaga-lembaga yang memiliki otoritas dan kompeten untuk bicara soal Covid 19,” tegasnya.

Untuk itu, pihaknya tidak akan mundur sedikitpun untuk terus mengingatkan warga masyarakat, terutama dengan semakin berkembangnya potensi penularan akibat ketidak patuhan masyarakat yang masih saja berinteraksi dengan banyak orang, menciptakan kerumunan, dan tidak awas terhadap pencegahan. Bagi Fauzan, masyarakat tidak mau memahami karena merasa masih aman dari virus tersebut. Padahal siapa yang tahu seseorang telah tertular atau tidak lalu membiarkan dirinya berinteraksi dengan orang tersebut sampai kemudian ia merasakan gejala virus tersebut.

“Mari kita bahu membahu bekerjasama. Pemerintah saja tidak akan bisa menghadapi bencana ini sendirian. Ini menyangkut pola hidup masyarakat sehari-hari. Contoh kasus, masih banyak warga berkerumun di masjid, pasar, atau jalan tanpa melindungi diri dengan masker,” imbau Fauzan.

Terkait dengan temuan pasien positif yang terakhir, Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Kesehatan Lingkungan (P3KL) Dinas Kesehatan Lombok Barat, Ahmad Taufiq Fatoni memastikan pihaknya langsung melakukan penelusuran riwayat kontak dari dua pasien tersebut. “Kami tetap melaksanakan kontak tracking untuk dua kasus yang positif itu, termasuk orang tua pasien. Hari ini tim Puskesmas Penimbung dan Puskesmas Meninting lagi melakukan kontak tracking,” terang Toni sambil memastikan untuk rapid test akan dilakukan keesokan harinya.

Namun khusus untuk pasien nomor 27 (HW), Toni berpendapat bahwa anak-anak memang lebih rentan tertular Covid 19, karena daya tahan tubuhnya baru terbentuk. “Sesuai prosedur dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, untuk kasus Covid pada anak yang sakit pneumonia berat akan langsung dimasukkan dalam PDP, agar bisa langsung pemeriksaan Swab,” terang Toni.

Demikian pula halnya dengan hasil rapid test reaktif yang didapatkan pihaknya kemarin di Kecamatan Lingsar, ada 4 (empat) orang yang saat ini sedang dirujuk ke RSUD Patut Patuh Patju untuk pemeriksaan Swab.

Rilis terbaru yang dikeluarkan Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Provinsi NTB, Minggu malam kemarin (12/4), kembali dua warga Lobar positif derita virus corona, sehingga pasien positif Covid-19 di Lobar sekarang menjadi 6 otang.

Keduanya yaitu pasien nomor 34 inisial R (45 tahun), warga Kecamatan Kediri, yang pernah melakukan perjalanan ke daerah terjangkit Covid-19 selama 14 hari terakhir sebelum sakit. Dan satu lagi pasien nomor 36, S (61 tahun), warga Kecamatan Lingsar, yang juga pernah melakukan perjalanan ke daerah Covid-19, selama 14 hari terakhir sebelum sakit. Keduanya kini dirawat di RSUD Patut Patuh Patju Lobar, dengan kondisi baik. (ami)

Komentar Anda