Dipicu aktivitas fisik berlebih atau trauma, diskus vertebra dapat mengalami kerusakan, berupa herniasi (tonjolan tak normal) sehingga disebut herniasi diskus vertebralis. Kondisi ini akan mengganggu saraf di sekitar tulang belakang, menimbulkan sensasi nyeri, baal atau kelemahan pada bagian lengan atau tungkai. “Herniasi diskus vertebralis, yang menyebabkan penekanan pada saraf sekitar, ini yang kemudian dikenal masyarakat sebagai saraf terjepit (herniated nucleus pulposus/HNP). Jadi bantalannya yang diserang,” kata pakar nyeri Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Onta Merah, dr.Mahdian Nur Nasution, SpBS, Selasa lalu (12/9).
Saraf kejepit lebih sering terjadi pada bagian pinggang, karena ruas tulang lumbarlah yang menopang berat tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Meski demikian herniasi diskus juga dapat terjadi pada susunan ruas tulang cervical, sakral dan thorakal, namun jumlahnya lebih sedikit.
BACA JUGA :Â 5 Gaya Hidup Jadi Pemicu Nyeri Tulang Belakang
Saraf kejepit sebenarnya terjadi pada 56 persen orang dewasa usia kerja (21-59 tahun), namun 35 persen diantaranya bersifat asymptomatic, sehingga tidak menimbulkan gejala.
Sisanya 20 persen memiliki gejala dari ringan hingga berat.“Yang datang ke klinik umumnya sudah berat, dan tidak bisa beraktivitas,” jelas Mahdian.
Jika sudah berat kondisinya, biasanya dokter menyarankan untuk dioperasi. Namun kini semakin banyak metode operasi dengan minimal invasif yang semakin modern di antaranya mikrodistectomy dan Percutaneous Endoscopic Lumbar Disectomy (PELD). Jika tidak, maka bisa berdampak pada kelumpuhan.(ika/JPC)