Awali Usaha dengan Modal Rp 5 Juta, Kini Miliki 3 Hotel

Firadz Pariska (Ahmad Yanu/ Radar Lombok)

Bagi  kalangan pengusaha di NTB, Firadz Fariska sudah tak asing. Dia usianya yang  masih muda, jejaring bisnis yang  dirintis terus berkembang.

 


Ahmad Yani — Mataram


 

Firadz – panggilan akrabnya dengan sabar meladeni pertanyaan  sejumlah orang dalam suatu acara. Tak henti – henti ia diberondong pertanyaan terkait kunci kesuksesan membangun jejaring group bisnis   berskala besar  dengan usia relatif masih sangat muda.     Kesuksesan Faridz dalam membangun jejaring group bisnis tidak semudah membalikkan tepak tangan. Hambatan dan kendala sering kali harus dihadapi. Bahkan, usahanya merugi pun sering kali dialami. Namun, dengan kerja keras, keuletan, kesabaran, tahan banting, kepercayaan dan komitmen tinggi, semua bisa dilewati dengan baik. " Prinsipnya, paling utama saya pegang adalah menjaga kepercayaan orang lain terutama konsumen,'' kata pria murah senyum tersebut.

Pria kelahiran 1984 tersebut terbilang sukses di usia sangat muda. Dia memulai usahanya dari perusahaan jasa reklame. Kini usahanya merambah berbagai sektor bisnis lainnya seperti percetakan dan   hotel sejumlah usaha lainnya. Beberapa perusahaannya seperti  Warna Advertaising, Planet Print, Orang Adapro, semua bergerak di usaha reklame dan percetakan.  Lalu ada Fizz Hotel terletak di Jalan Majapahit, Laguna Beach Resort dan Tanah Qita Resort  kedua resort itu berada di Gili Terawangan.

Kedepan, Faridz mau fokus membangun jejaring bisnis di bidang pariwisata. Menurutnya, prospek bisnis pariwisata di NTB sangat menjanjikan dan terbuka lebar. Pariwisata di NTB sudah menggeliat. Itu menjadi peluang dan kesempatan bisnis yang cukup menjanjikan. Sebab itu, tahun depan Ia berencana membangun hotel di kawasan pariwisata Samota ada di Pulau Sumbawa. Ia pun sudah membebaskan  lahan akan dipergunakan sebagai lokasi pembangunan hotel dengan investasi mencapai miliaran rupiah." Jadi kita harus berani bermimpi. Usaha saya pun akan merambah ke provinsi tetangga NTT,'' ungkapnya.

Faridz  menuturkan, jejaring group bisnis yang dibangunnya  itu  berawal dari uang pemberian orang tua sebesar Rp 5 juta. Dengan uang tersebut ia mengawali bisnis  jasa reklame. Modal awal sebesar Rp 5 juta terbilang sangat kecil. Namun ia tak menyerah dan patah semangat.

Ia pun memutar otak agar bisnis reklame bisa berjalan. Pada awalnya, dia hanya menjadi sub di perusahaan lebih besar. Melalui sebuah rumah kecil  di tengah pemukiman warga, Faridz dengan keyakinan dan keuletan, menjalankan bisnis reklame ini. Dengan memegang teguh kepercayaan dan kepuasan pelanggan, dalam hitungan bulan banyak proyek pemasangan reklame dari berbagai pihak dengan jumlah sangat besar dikerjakan.

Alhasil, usaha yang  dirintis kian berkembang pesat. Naluri dan instuisi bisnis pun kian tajam dan terasah. Jejaring, network dan relasi bisnis pun kian banyak dan beragam. " Hendaklah, dalam kita menjalankan bisnis jangan setengah – setengah. Harus totalitas. Ini yang saya praktekkan,'' ucapnya.

Faridz pun memberikan tips.  Dalam berbisnis jangan takut sama pesaing atau kompetitor. Menurutnya, jadikan kompetitor menjadi spirit dan motivasi agar terus meningkatkan kualitas, inovasi dan kreativitas dalam menjalankan dan menggerakkan roda bisnis. Menurutnya,  ketiadaan kompetitor membuat usaha  sulit berkembang. Dengan ada kompetitor membuat dirinya  harus berpikir keras dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Semakin banyak kompetitor artinya potensi pasar makin luas.

Kompetitor sebenarnya adalah diri sendiri. Misalnya ego, serakah dan lainnya. Itu menjadi kompetitor utama ada di dalam diri sendiri. Sering kali itu menjerumuskan seorang pengusaha.

Misalnya belum saat  mengembangkan usaha dengan resiko besar tetapi  diambil. " Belum saat punya (mobil) BMW tapi paksa beli BMW," ucapnya.

Selain itu, hal penting lainnya harus diperhatikan dalam mengembangkan apalagi merintis usaha adalah kesepahaman dan kesatuan visi dengan partner atau rekan bisnis. Banyak usaha gagal akibat dari ketidakcocokan visi dan ketidakpercayaan dengan partner. Akibatnya usaha pun menjadi berantakan. Sebab itu,   bermitra harus  dengan orang memiliki visi dan kesepahaman sama. " Ini pun saya lakukan ketika awal – awal membangun usaha mencari partner se- visi,'' pungkasnya.