Atlet Paralayang NTB Borong Tiga Emas di Liga dan Kejurda

LATIHAN : Penampilan Naufal Hammam saat menjajal latihannya beberapa waktu lalu. (IST FOR RADAR LOMBOK)

MATARAM – Naufal Hammam, atlet Paralayang NTB berhasil menyabet tiga medali emas sekaligus pada event Liga dan Kejurda di Pantai Modangan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada akhir 2024. Remaja kelahiran 2005 tersebut berhasil meraih emas pada kategori U20 Putra Liga Paralayang Jatim Seri Modangan 2024, medali emas Individu Putra Kejurda Paralayang Jatim 2024 dan medali emas Beregu Putra, Kejurda Paralayang Jatim 2024.

Bukan hanya itu, Putra kelahiran Leneng, Praya, Lombok Tengah ini juga berhasil meraih medali perak pada kategori U20 Putra Final Liga Paralayang Jatim 2024. Pada Liga Paralayang Jatim 2024 ini, Naufal sempat tidak mengikuti 2 seri dari 5 seri yang dilombakan karena harus mengikuti kompetisi paragliding di Thailand.

Orang tua Naufal, Roy Rahmanto, mengatakan, dirinya merasa bangga anaknya bisa memborong empat medali, lebih Liga Paralayang ini cukup bergengsi karena provinsi Jawa Timur yang paling konsisten bergulir liganya.

“Kalau Kejurda ini tertinggi untuk single event karena langsung dibawah Porprov. Kalau Liga ini setara sama Kejurda namun bisa ada, bisa tidak. Tapi kalau Kejurda harus digelar setiap tahun. Liga pakai seri, kalau Kejurda tidak, sehingga tantangannya beda,” ungkap Roy yang juga pengelola Sky Lancing Paragliding ini.

Baca Juga :  NTB Raih Penghargaan SAKIP dari Menpan RB

Roy menyebutkan, Naufal selanjutnya bakal mengikuti event paragliding world accuracy championship di Thailand, Bulan Februari 2025 mendatang. Ia juga akan mengikuti International Paragliding Accuracy Championship (IPAC) yang akan digelar sebanyak 5 seri di Indonesia.

“Yang sekarang ini ia perdalam itu cross countrynya atau lintas alam. Nah kemarin dia baru nyoba di Sumedang lintas alam. Kalau ketepatan mendarat okelah banyak ilmunya, tapi kalau lintas alam dia masih kurang sekali. Kemungkinan tahun 2025 akan perbanyak lintas alam,” jelasnya.

Meskipun lahir dan besar di Praya Lombok Tengah NTB, Naufal kini tercatat sebagai atlet yang membela Jawa Timur. Roy menyebutkan, ada 2 alasan yaitu alasan teknis dan pribadi.

“Kalau bicara teknis masing-masing provinsi menuju PON yang lolos babak kualifikasi PON itu harus punya minimal 5 orang atlet dalam satu tim. Nah sekarang masalahnya, tidak banyak yang mau ikut kejuaraan. Hanya berkutat di terbang fun flying aja. Itukan ndak ada. Sedangkan secara nyata, kita lihat di NTB sangat kurang yang kita butuhkan untuk jadi tim. Paling hanya 1 atau 2 orang,” jelasnya.

“Kalau alasan pribadi mungkin lebih kepada rasa terima kasih. Naufal beberapa kali saya bercandain apakah ingin balik ke NTB. Jawabnya, kalau Naufal balik ke NTB, apa Naufal dicap Jawa Timur? Sedangkan Naufal dari nol dilatih sama Jawa Timur. Sampai di titik saat ini semua fasilitas sudah diberikan sama Jawa Timur. Contoh parasut satu set yang harganya gak main-main, uang pelatihan setiap bulan sejak 2023. Tentu hal ini menjadi daya tarik bagi atlet. Kita tidak munafiklah,” sambungnya.

Baca Juga :  Hutang Santosa, Pemkab akan Tempuh Jalur Hukum

Roy Rahmanto memaparkan, Naufal memang sudah berkecimpung di dunia paralayang sejak SMP. Naufal menempuh pendidikan di MIN 1 Leneng, Praya. Kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Praya.

Kini Naufal melanjutkan pendidikan di SMA Muhammadiyah 3 Batu, Malang. Di bangku SMA tersebut, Naufal memanfaatkan waktunya untuk mengasah kemampuannya di dunia olahraga Paralayang. “Dia ke sana memang ingin jadi atlet profesional. Selama disana dilatih tim PON Jatim,” tuturnya.

Dijelaskannya, semenjak anaknya itu diajak untuk memperdalan kemampuan di cabor paralayang, dia memang memiliki bakat di paralayang.

Dengan demikian, ia sebagai orang tua terus memberikan ruang untuk berkembang. Proses itu terus di lalui dengan baik, sehingga tidak heran jika Indonesia mempercayakannya turut tampil bersama belasan atlet paralayang lainnya untuk membela Indonesia di kancah dunia. (rie)