
MATARAM – Salah satu atlet cabor Pencak Silat berprestasi, M Padil Anwar asal Desa Suralaga, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur berencana menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dalam waktu dekat. Atlet yang sukses persembahkan medali Perak untuk NTB di ajang PON Aceh-Sumut 2024 ini, rupanya ingin melabuhkan harapannya menjadi buruh di luar negeri.
“Miris sekali kita dengar, ketika ada atlet berprestasi yang ingin jadi TKI. Apakah tidak ada peluang untuk atlet dan pelatih kita untuk mendapatkan pekerjaan yang layak ditanahnya sendiri,” kata Pelatih Pencak Silat NTB Mardiansyah, Selasa (27/5).
Dikatakannya, belakangan ini perhatian pemerintah terhadap atlet berprestasi semakin memprihatinkan. Baginya, reward berupa bonus terhadap atlet peraih medali diakuinya cukup membantu. Namun perhatian yang sifatnya jangka panjang, seperti pemberian atau penempatan kerja yang layak ditanah sendiri belum nampak.
Keadaan semacam ini dinilai terus berlangsung terjadi di NTB. Bahkan kasus yang cukup memprihatinkan ini, sedang terjadi kepada salah satu dari atlet pencak silat peraih medali perak PON Aceh-Sumut 2024. Karena tuntutan kebutuhan, dia akan menjadi TKI dalam waktu dekat ini.
Diakuinya semua ini tidak lepas dari prihal kebutuhan hidup mereka. Tapi paling tidak pemerintah harus support dan memberikan solusi, agar prestasi atlet tersebut tetap tumbuh dan terjaga.
“Dalam kasus ini setidaknya pemangku kebijakan harus hadir memberikan solusi jangka panjang. Misalnya memberikan pekerjaan yang layak,” jelasnya.
Atlet yang baru menginjak usia 20 tahunan ini cukup disayangkan jika harus meninggalkan bakatnya yang sudah mumpuni di Cabor pencak silat. Semestinya prestasi sekelas medali perak harus dirawat bersama dengan memberikannya harapan hidup berupa pekerjaan. Terlebih pada 2028 nanti, NTB bakal jadi tuan rumah PON. “Dia itu aset kita untuk ajang PON 2028 nanti,” terang pria yang akrab disapa Dega ini.
Kendati punya tanggung jawab yang begitu besar terhadap keluarganya dan harus mengambil jalan pintas dengan menjadi buruh di luar megeri. Tidak serta merta para pihak apatis dengan keadaannya. Karena bagaimanapun juga, sosoknya pernah harumkan nama daerahnya.
“Mudahan ada solusi dari pemerintah daerah untuk adik-adik yang peraih medali di ajang PON kemarin dan sebelumnya,” harapnya
Terpisah, Atlet Pencak Silat NTB M. Padil Anwar mengatakan, keinginannya untuk pergi ke luar negeri menjadi TKI di Negara Polandia murni karena ingin punya pekerjaan tetap. Karena selama ini, dia termasuk sebagai tulang punggung keluarga.
Padil yang kini berstatus Mahasiswa ini mengaku sangat berterimakasih atas bonus yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi NTB dan Pemerintah Kabupaten Lotim. Bonus tereebut ia manfaatkan untuk membiayai adik-adiknya sekolah dan membantu perekonomian keluarganya.
“Saya berterima kasih sudah diberikan bonus berupa uang sebanyak Rp250 juta dari Pemprov NTB, dan Rp20 juta dari Pemkab Lotim,” katanya.
Kendati mendapat bonus, Padil rupanya sangat membutuhkan pekerjaan tetap, sehingga niatnya untuk menjadi TKI sudah bulat. Bahkan atas hal tersebut, ia rela menanggalkan baju pencak silatnya demi sebuah masa depannya dan masa depan keluarganya.
“Ya mau gimana lagi, saya juga butuh pekerjaan untuk merubah ekonomi keluarga saya,” ucapnya.
Diakuinya, sebelumnya Ketua KONI NTB Mori Hanafi pernah menawarkan dan mencarikan dirinya pekerjaan. Namun tawaran itu dinilai telat datang, karena posisi Padil sebagai TKI sudah berjalan dengan sudah melakukan proses mengurus pasport yang menelan biaya sekitar Rp 77 juta.
“Sebelumnya pak Mori sudah tawarkan saya kerjaan. Tapi masalahnya saya sudah terlanjur urus pasport,” terangnya. (rie)