Atasi Stunting, Kemenkominfo Ajak Remaja Penuhi Nutrisi dan Terapkan Sanitasi

WEBINAR: Kemenkominfo gelar webinar bertajuk Kepoin Genbest "Penuhi Nutrisi, Terapkan Sanitasi, Stunting Teratasi" untuk para remaja di Lombok Tengah, Jumat, 8 September 2021.

LOMBOK TENGAH–Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk pencegahan penyebaran Covid-19 saat ini sangat berkaitan erat dengan penurunan angka prevalensi stunting.

Dalam hal ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menghadirkan webinar Forum Kepoin Genbest sebagai gerakan penurunan prevalensi stunting.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kemenkominfo Wiryanta dalam acara Kepoin Genbest “Penuhi Nutrisi, Terapkan Sanitasi, Stunting Teratasi” yang diselenggarakan secara daring untuk remaja di Lombok Tengah, Jumat, 8 Oktober 2021.

“Secara kualitatif, kehadiran Kemenkominfo adalah sebagai Koordinator Kampanye Nasional dalam penurunan angka prevalensi. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memberi awareness kepada masyarakat khususnya generasi muda tentang pentingnya pencegahan stunting,” ujar Wiryanta.

Ia menambahkan, Presiden Joko Widodo telah menargetkan angka prevalensi stunting di Indonesia dapat turun menjadi 14 persen di tahun 2030.

Di tahun 2030 Indonesia akan menyambut bonus demografi, di mana pada saat tersebut ada banyak anak-anak Indonesia yang memasuki usia produktif.

Dengan adanya kegiatan Forum Sosialisasi Genbest diharapkan dapat hadir generasi yang produktif dan berkualitas sehingga mampu menghantarkan Indonesia sebagai negara maju.

Salah satu cara mencegah terjadinya stunting adalah memenuhi nutrisi dan menerapkan sanitasi. Dwi Listyawardani, selaku Tim Komunikasi Informasi Edukasi Stunting Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengatakan pemenuhan nutrisi berkaitan erat dengan penerapan sanitasi.

“Alam kita mempunyai banyak sekali makhluk-makhluk kecil yang apabila masuk ke dalam tubuh bisa menjadi parasit. Parasit inilah yang nantinya akan ikut memakan nutrisi yang sudah kita konsumsi,” katanya.

Ia melanjutkan, hal ini dapat mengganggu metabolisme tubuh sehingga penyerapan nutrisi tidak optimal.

Baca Juga :  Kemenkominfo Dorong UMKM NTB Lebih Aktif di Kancah Nasional

Senada dengan pandangan Dwi, Dokter Spesialis Gizi Sylvia Irawati menerangkan, stunting adalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang salah satu faktor penyebabnya adalah kekurangan nutrisi dan kurangnya penerapan sanitasi dengan baik.

“Stunting ini tidak hanya terjadi para anak-anak yang berperawakan pendek, tetapi juga ada infeksi yang berulang. Infeksi inilah yang erat kaitannya dengan sanitasi yang utamanya ditularkan melalui makanan atau istilahnya adalah Food Borne Disease” terangnya.

Sylvia juga menuturkan, sanitasi yang ideal dibagi menjadi dua yaitu untuk buang air besar dan buang air kecil. Untuk buang air besar perlu jamban sehat, yaitu jamban yang tertutup, beratap, dan terdapat penampungan yang tertutup supaya tidak ada kontaminasi hewan yang bisa menularkan.

Kemudian, untuk buang air kecil perlu diperhatikan karena jangan sampai limbah cairan ini dapat mengontaminasi air minum. Oleh karena itu perlu ada jarak yang sesuai antara sumber air bersih dengan jamban atau saluran pembuangan setidaknya 10 meter.

Penerapan sanitasi yang baik bisa dimulai dari hal kecil, misalnya, memasak air sebelum diminum untuk membunuh kuman dan parasit, serta kebiasaan mencuci tangan pakai sabun.

“Kuman-kuman bisa menular lewat tangan dan makanan. Kemudian ada juga gangguan pencernaan yang disebabkan oleh lingkungan. Pada keadaan ini, usus kecil tempat menyerap zat-zat makanan terganggu fungsinya, sehingga kalau kita makan tidak bisa diserap dengan baik dan mengganggu asupan nutrisi sehingga tidak dapat diserap dengan baik oleh tubuh,” kata Sylvia.

Selain, faktor nutrisi dan sanitasi, menurut Dwi, anak stunting juga disebabkan oleh kehamilan ibu yang terlalu muda.

Baca Juga :  G20: Narasi Budaya Wisata dan Pesona Indonesia

“Karena ibu muda ini juga masih bermasalah, ia masih perlu gizi yang cukup untuk perkembangan organ dalam tubuhnya, termasuk perkembangan organ reproduksi,” jelasnya.

Oleh karena itu, Dwi menganjurkan kepada remaja untuk tidak menikah di usia dini karena harus fokus pada proses tumbuh kembang agar siap secara fisik, ekonomi, serta kematangan emosi.

Sylvia menambahkan, remaja yang nantinya akan menjadi orang tua dalam meneruskan membangun generasi yang cemerlang harus punya pengetahuan.

“Ada banyak yang harus disiapkan yaitu asah asih asuh. Jadi bukan hanya memberinya cinta, tetapi juga harus tahu bagaimana cara mengasuhnya dan memberi nutrisi yang baik,” ucapnya.

Dwi menegaskan, dirinya sangat mendukung gerakan pencegahan stunting sejak dini. “Saya sangat mendukung pemenuhan nutrisi, menerapkan sanitasi, sehingga stunting dapat teratasi,” tegasnya.

Sementara itu, Sylvia berpesan kepada remaja, pencegahan stunting harus dimulai dari diri sendiri. “Ubah dulu sikap kita, jaga sanitasi, tingkatkan kualitas nutrisi, supaya generasi mendatang bisa berubah menjadi lebih baik. Jadilah agen perubahan,” tutupnya.

Forum Kepoin Genbest yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas sunting.

GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari.

Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, dan videografik. (RL)

Komentar Anda