APBD NTB 2025 Dinilai Tak Berkualitas: Birokrasi “Stunting”

MATARAM – Anggota DPRD NTB Nashib Ikroman menilai APBD NTB 2025 tidak berkualitas. Hal ini diindikasikan karena proses penyusunan terburu-buru dan asal-asalan. “APBD 2025 ini, dibahas dan ditetapkan sebelum Permendagri Nomor 1 tahun 2024 tentang Pedoman Penyusunan APBD 2025 ditetapkan,” katanya, Kamis kemarin (2/1).

Padahal, katanya, Permendagri baru terkait penyusunan APBD ini mengalami perubahan yang signifikan, terutama dalam hal penekanan pada aspek-aspek pokok APBD agar lebih efektif dan prorakyat.

Seperti penekanan pada stunting, penanganan kemiskinan ekstrem, serta berbagai program yang harus disinkronkan dengan program nasional. Ia kemudian mencontohkan, penanganan kemiskinan ekstrem justru dialokasikan dengan perbaikan embung hingga Rp 27 miliar.

Baca Juga :  PPP NTB Berharap Sandi Jadi Cawapres Ganjar

Padahal, hampir tidak ada korelasi langsung antara pengurangan kemiskinan ekstrem dengan memperbaiki embung. Apalagi pola pengerjaannya secara kontrak, bukan swakelola padat karya.

Data masyarakat yang termasuk miskin ekstrem itu ada by name by address yang jelas. Sehingga kegiatan yang harusnya dicantumkan, berkaitan langsung dengan intervensi kepada warga miskin ekstrem tersebut. “Ini seperti pantun jaka sembung bawa golok,” ucapnya.

Dalam hal penanganan stunting juga demikian, justru semua belanja untuk penanganan stunting, hanya untuk belanja penunjang seperti perjalanan dinas, pertemuan/rapat, dan perjalanan dinas. “Justru belanja pokok untuk menangani stunting kepada ibu hamil dan balita tidak ada sama sekali. Sehingga kesannya yang mengalami stunting justru birokrasi,” tegas politisi muda Partai Perindo NTB tersebut.

Baca Juga :  TGH Hazmi Hamzar Siap Maju di Pilkada Lotim

Lebih lanjut, ia mendengar kabar dalam proses evaluasi APBD, ada keterlibatan tim transisi Gubernur-Wakil Gubernur NTB terpilih Lalu Muhamad Iqbal-Indah Dhamayanti Putri (Iqbal-Dinda), untuk melakukan sinkronisasi, akan tetapi hasil sepertinya tidak mengubah apapun. “Saya tidak mengerti, terus peran tim transisi ini apa, kenapa tidak berikan penekanan agar belanja-belanja lebih berkualitas. Jangan sampai hanya untuk gagah-gagahan,” lugasnya. (yan)