Angka Kematian Anak Sapi Diatas 20 Persen

MATARAM—Ketua Dewan Riset Daerah Provinsi NTB, Prof. Dr. H. Akhyar Sutaryono menyebut tingkat kematian anak sapi (pedet) di NTB masih sangat tinggi, diatas angka 20 persen. Tingginya kematian pedet disebabkan kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap perawatan sapi.

“Angka kematian anak sapi yang baru lahir di NTB itu sangat tinggi. Ini karena perhatian pemerintah daerah masih kurang,” kata Akhyar Sutaryono di Mataram, Sabtu (9/7).

Mantan Ketua Lembaga Penelitian (Lemlit) Unram ini bahkan menyebut jika angka kematian anak sapi di Pulau Sumbawa lebih tinggi dibandingkan di Pulau Lombok. Jika di Pulau Sumbawa kematian anak sapi (pedet) bisa mencapai diatas 20 persen, maka di Pulau Lombok masih dikisaran angka 15 persen.

Baca Juga :  Selamatkan Anak dari Pelecehan Seksual

Tingginya kematian anak sapi yang dilahirkan oleh indukannya di Pulau Sumbawa, disebabkan sistem peternakan yang kurang diperhatikan oleh peternak. Tidak adanya sistem kandang, dan hanya dilepas begitu saja di padang, juga menjadi salah satu sebab tingkat kematian pedet di Pulau Sumbawa cukup tinggi. Termasuk perawatan terhadap terhadap sapi juga kurang oleh peternak, utamanya pola makan yang tidak teratur, serta pemberian obat-obatan ketika sapi sedang sakit.

Hal berbeda dilakukan oleh peternak di Pulau Lombok. Dengan sistem kandang, menjadikan angka kematian pedet lebih rendah. Selain itu, pola makan untuk sapi juga lebih terpantau, begitu juga kesehatan sapi lebih diperhatikan.

“Pemerintah daerah perlu memberikan perhatian terhadap masih tingginya angka kematian anak sapi ini. Jangan hanya klaim populasi sapi tinggi, tapi disatu sisi angka kematian juga sangat tinggi,” kata mantan Dekan Fakultas Peternakan Unram ini.

Baca Juga :  Tinggi, Angka Kematian Pedet di NTB

Menurut Akhyar Sutaryono, program bumi sejuta sapi (BSS) yang sudah didengung-dengungkan oleh Pemprov NTB, pada prinsipnya sangat bagus. Hanya saja selama ini tidak disertai dengan langkah riil dalam mengkawal peningkatan populasi sesuai keinginan pemerintah.

“Terpenting dalam program BSS itu bagaimana cara menekan angka kematian anak sapi yang lahir. Dengan demikian populasi sapi riil adanya, tidak asal klaim. Karena kematian pedet itu angkanya sangat besar di setiap kelahiran anak sapi,” pungkasnya. (luk)

Komentar Anda