Anggota DPD RI Tolak Beras Impor Masuk NTB

Pastikan NTB Tidak Butuh Beras Impor

Anggota DPD RI Tolak Beras Impor Masuk NTB
SIDAK PASAR: Anggota Komite II DPD RI Dapil NTB, Hj Baiq Diah Ratu Ganevi, bersama rombongan saat Sidak harga beras di Pasar Mandalika Bertais, Selasa kemarin (29/1). (LUKMAN HAKIM/RADAR LOMBOK)

MATARAM—Anggota Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Hj Baiq Diah Ratu Ganevi, Senin kemarin (29/1), menggelar inspeksi mendadak (Sidak), untuk memastikan stok dan harga beras di Provinsi NTB, dalam kondisi stabil.

Dengan didampingi Kepala Perum Bulog Divisi Regional (Divre) NTB,  Diah langsung mendatangi gudang penyimpanan beras Bulog di Dasan Cermen, Kecamatan Sandubaya, Kota Mataram. Kedatangannya itu untuk memastikan kondisi stok beras di gudang penyimpanan beras milik Bulog di Dasan Cermen, dalam kondisi aman.

Selanjutnya Diah bersama rombongan dari DPD RI turun memantau harga beras dan kebutuhan pokok lainnya di Pasar Induk Mandalika, Bertais, Kecamatan Sandubaya, Mataram.

Dari hasil pantauan langsung kondisi stok beras di gudang Bulog Cakranegara I Dasan Cermen dan di Pasar Mandalika, Diah merasa lega. Pasalnya, kondisi stok beras di Bulog dalam kondisi sangat aman. Begitu juga dengan kondisi harga jual beras di pasar, baik itu beras jenis medium maupun premium dalam kondisi stabil. “Stok dan harga beras aman di NTB. Dengan kondisi ini jangan sampai ada beras impor masuk NTB,” tegas Diah.

Menurut Diah, sekarang ini lagi “heboh” adanya kebijakan pemerintah yang melakukan impor beras sebanyak 500 ribu ton, dengan mengeluarkan uang negara untuk mendatangkan beras impor tersebut sebesar Rp 15 triliun. Bahkan selama kepemimpinan Jokowi dan JK, dalam kurun waktu 2014-2017 telah melakukan impor beras sebanyak 2,90 juta ton, dengan nilai Rp16,6 triliun.

Baca Juga :  Pascagempa, Penduduk Miskin NTB Diperkirakan Bertambah

Melihat kondisi di lapangan baik itu di gudang penyimpanan beras Bulog, serta kondisi harga beras di pasar tradisional di Provinsi NTB, Anggota DPD RI Dapil NTB ini kemudian menolak keras adanya beras impor tahun 2018 sebanyak 500 ribu ton tersebut ada yang masuk di wilayah Provinsi NTB.

Pasalnya, NTB menjadi lumbung pangan nasional dan telah berhasil produksi gabah sebanyak 2,4 juta ton gabah kering panen (GKP), dan NTB surplus untuk beras. Dengan produksi yang melimpah, maka stok aman, dan harga juga stabil.

Terlebih lagi di Februari sudah mulai memasuki panen raya, kalau beras impor masuk NTB tentu akan merugikan para petani. “Harga stabil dan stok aman. Jadi tidak ada alasan beras impor masuk ke NTB,” tandasnya.

Diah juga berjanji, dari hasil Sidak kondisi beras di Provinsi NTB yang dalam kondisi aman, serta keluhan petani itu akan disampaikan langsung saat pertemuan dengan Menteri Pertanian, dan pihak terkait lainnya di pemerintah pusat. “Hasil Sidak dan pantauan lapangan ini akan saya sampaikan langsung dalam rapat bersama Kementan RI,” tandasnya.

Baca Juga :  Beras dan Rokok Masih Jadi Penyumbang Penduduk Miskin di NTB

Sementara itu, Kepala Perum Bulog Divre NTB, H Achmad Ma’mun, menyebutkan bahwa ketahanan stok beras di gudang Bulog masih aman hingga Mei 2018 mendatang. Selain itu, proses pengadaan pembelian gabah petani juga sudah mulai berjalan, dengan melibatkan puluhan mitra kerja pengadaan. “Pengadaan sampai 28 Januari sudah 90 ton setara beras. Setiap hari pengadaan terus berjalan, meski belum ada panen raya,” ujarnya.

Lebih lanjut Ma’mun mengatakan, untuk melakukan sabilisasi harga, Perum Bulog Divre NTB bersama Satgas Pangan juga sudah melaksanakan operasi pasar beras setiap hari, di sejumlah pasar tradisional dan juga perkampungan padat penduduk.  “Kami juga bekerjasama dengan para pedagang di pasar tradisional menjual beras Bulog guna menstabilkan harga,” ulasnya.

Sidak yang dilakukan anggota DPD RI dan Kepala Bulog NTB kali ini tidak hanya untuk mengetahui secara langsung harga beras di pasar-pasar tradisional, atau melihat secara langsung stok beras yang ada di gudang Bulog saja. Lebih dari itu, mereka juga memantau harga kacang-kacangan, seperti kacang tanah. Mengingat kacang tanah yang dijual pedagang tidak hanya kacang lokal saja, tetapi juga kacang tanah impor. (luk/cr-dev)

Komentar Anda