MATARAM – Anggota DPD RI Dapil Provinsi NTB Achmad Sukisman Azmy (ASA) meminta Kementerian Pertanian (Kementan) kembali menyubsidi pupuk secara lengkap guna mengurangi biaya produksi petani dan meningkatkan produktivitas atau nilai tukar petani (NTP). “Kita minta agar Kementan tidak mengurangi jatah pupuk bagi petani di daerah,” kata Sukisman, Sabtu (18/11).
Menurutnya, peningkatan subsidi di sektor pertanian menjadi urgent ketika pasokan pangan pokok seperti beras masih mengandalkan impor seperti yang terjadi saat ini. Ia menilai, pilihan kebijakan impor pangan memiliki dampak yang luar biasa terhadap produktivitas dan pendapatan petani.
Tentu tidak masalah jika dibutuhkan bahan pangan impor, tetapi jangan sampai nyaman dengan produk pangan impor. “Saat ini, pupuk menjadi sarana produksi pertanian yang paling banyak dikeluhkan oleh petani di daerah,” terangnya.
Lebih lanjut, agar provinsi NTB bisa menjadi lumbung pangan, pemda harus ikut mendesak Kementan agar jatah pupuknya tidak dikurangi dan tersedia ketika dibutuhkan petani. “Demikian juga hasil tanam. Langsung dibeli Bulog agar pemerintah tidak ekspor,” terangnya.
Apalagi mengingat musim hujan sudah tiba sehingga aktivitas petani tidak terganggu. Jika pupuk urea dan NPK tidak tersedia atau kurang, minimal pupuk organik sebagai pengganti sudah tersedia di pasar bebas. “Demikian juga pupuk untuk tanaman jagung di area perbukitan yang tadah hujan juga tersedia,” ucapnya.
Selain ketersediaan pupuk. Bibit unggul juga sangat diperlukan untuk menghasilkan padi yang banyak dan berkualitas. Kemudian pemerintah pusat juga menyediakan program bibit unggul sehingga prioritas menjadikan NTB sebagai lumbung nasional menjadi kenyataan. “Bibit unggul ini harus dijemput ke pemerintah pusat,” tandasnya.
Sukisman juga menyoroti terkait minimnya generasi milenial terjun menjadi petani di daerah termasuk di NTB. Sementara pemerintah pusat memiliki program bagaimana mendorong agar generasi milenial mau menekuni pertanian. Sehingga diharapkan, agar pemerintah daerah juga proaktif mendorong program agar generasi milenial mau jadi petani. “Namun kita harus akui, masih kurang penyuluh pertanian saat ini yang membimbing petani,” tandasnya. (yan)