Anak Penderita Gizi Buruk Ditangani Petugas

MATARAM – Akhirnya pasien gizi buruk bernama Khairunnisa, umur 1 tahun 10 bulan anak dari pasangan Sabarudin dan Suhainiyah, warga Lingkungan Kamasan Kelurahan Karang Baru Kecamatan Selaparang dilayani tim medis setelah beberapa bulan terkapar lemas di rumahnya. Khairunnisa telah diperiksa tim medis dari Puskesmas Selaparang.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr. H. Usman Hadi membantah dinasnya lelet menangani kasus ini. “ Sudah dilayani, bahkan saat anggota komisi IV telpon, kita sudah turun,” ungkapnya kepada Radar Lombok kemarin.

Tim medis telah turun langsung.   Kondisi Khairunnisa saat ini masih memprihatinkan. Ia sakit sejak berusia dua bulan. Ia sempat dibawa merantau oleh orang tuanya ke Sumbawa.”Saat sakit baru pulang ke kampung halaman. Sementara kartu BPJS mandirinya menggunakan alamat Sumbawa,” kata Usman.

Baca Juga :  Tiga Bayi Alami Gizi Buruk

Hal itu sempat menjadi kendala. Namun tim medis telah menanganinya. Ia sudah diperiksa untuk mengetahui penyakit lainnya. Orang tuanya mengakui Khairunnisa jarang dibawa Posyandu.

Sebagaimana diketahui, Khairunnisa sakit sejak berusia dua bulan. Khairunnisa lahir tanggal 1 Agustus 2014. Suhainiah, ibu sang Balita, menceritakan kondisi anaknya. Khairunnisa lahir melalui operasi. Saat lahir badannya nomal dan berat badan terus bertambah. Sejak usia 3 bulan, ia mulai sering dihinggapi demam. “ Saat berobat menggunakan BPJS mandiri karena tidak dapat BPJS bantuan pemerintah. Cuma setelah enam bulan tidak ditangung lagi. Kartu BPJS diblokir karena tidak pernah bayar,” ungkapnya belum lama ini.

Baca Juga :  Tujuh Penderita Gizi Buruk Terdeteksi

Saat di RSUP NTB, ia disarankan membawa anaknya ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar Bali. Tidak ada penyakit aneh, yang ada hanya demam tinggi dan pertumbuhan yang lamban. Saat itu keluarga menolak karena keterbatasan biaya. Keluarga memilih mengobati Khairunnisa di rumah saja.

Ia mengakui tidak mampu membayar iuran BPJS lagi karena kondisi ekonomi yang tidak normal. Ia sehari-hari berjualan kacang rebus. Sementara suaminya bekerja serabutan di Sumbawa. “ Saya tidak bisa bayar karena kondisi ekonomi. Anak saya sudah  enam bulan tidak diperiksa lagi,” ungkapnya. (dir)

Komentar Anda