Ribuan rumah di Mataram rusak parah akibat gempa beruntun. Rumah yang masih berdiri namun kondisinya mengkhawatirkan dirobohkan petugas. Kebanyakan dilakukan dengan cara manual yang beresiko tinggi.
*ALI MA’SHUM—MATARAM*
Masa tanggap darurat berakhir. Kini beralih ke masa transisi pemulihan dan perbaikan. Status transisi ini akan berlangsung selama enam bulan kedepan. Banyak hal yang dilakukan di masa pemulihan ini. Salah satunya petugas merobohkan rumah warga yang kondisinya mengkhawatirkan di semua lingkungan yang terkena dampak.
BACA JUGA: Menengok Kehidupan Para Pengunsi di Desa Aik Berik (Bagian 1)
Tahap pertama, puluhan rumah dirobohkan. Proses merobohkan kebanyakan dengan cara manual. Karena dilakukan secara manual, maka nyali petugas benar-benar dituntut. Petugas harus berani memanjat atap rumah. Dimulai dengan menurunkan genteng. Tentu pekerjaan ini tidak bisa dilakukan sembarang orang. Perlu kehati-hatian dan keberanian. Apalagi jika rumah yang mau dirobohkan adalah rumah bertingkat.
Ardi Zikrillah, salah satu petugas Dinas PUPR Kota Mataram contohnya. Dengan cekatan ia naik ke atap rumah salah seorang warga di Lingkungan Kamasan. Ia naik lewat dinding rumah. Genteng mulai diturunkan. Aksinya bersama rekan-rekannya menjadi tontonan warga. Tak sedikit warga yang takjub.” Tidak apa-apa. Saya sudah terbiasa membongkar rumah seperti ini,” ungkapnya.
Walau sudah terbiasa, kondisi yang dikerjakan saat ini tentu berbeda. Jika situasi normal tentu resiko yang dihadapi tidak sebesar saat ini sebab gempa susulan masih bisa terjadi. Kondisi itu bisa membahayakan saat berada di atas bangunan. Resiko bangunan roboh juga masih mungkin terjadi. Ia mengaku sudah siap dengan resiko.” Tentu beresiko. Tapi kalau sudah memutuskan berani naik, ya harus berani juga dengan kemungkinan bisa jatuh. Itu sudah resiko,” kata pria 20 tahun itu.