AKBP Lenap Tewas Terseret Banjir Sambelia

KORBAN BANJIR:Jenazah AKBP Lenap yang merupakan korban meninggal akibat terseret air bah di desa Belanting saat berada di RS Bhayangkara Kota Mataram,Sabtu lalu (11/2). (M Haeruddin/Radar Lombok)

MATARAM— Banjir yang melanda Desa  Belanting Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur Sabtu lalu (11/2) menelan korban jiwa.

Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Lenap yang merupakan salah seorang pendidik di Sekolah Polisi Negara (SPN) ditemukan tewas setelah sebelumnya mobil yang dikendarainya terseret oleh derasnya aliran air bah.  Kapolda NTB Brigjen Pol Drs Umar Septono ketika  dikonfirmasi saat menjenguk jenazah AKBP Lenap di RS Bhayangkara Kota Mataram menjelaskan, korban   saat itu keluar dari markas SPN sekitar pukul 03.00 Wita Sabtu dini hari. Dia lalu  berusaha  menyeberangi jalan di jembatan Dusun Pademekan  Desa Belanting  dengan  mengendarai mobil Suzuki Karimun.

[postingan number=3 tag=”banjir”]

“Korban saat kejadian sedang menyeberang namun saat berada di tengah jambatan, tiba- tiba datang air bah sehingga menghanyutkan korban beserta kendaraannya. Korban sendiri setelah dilakukan pencarian akhirnya ditemukan oleh warga sekitar pukul 07.00 Wita dalam kondisi sudah meninggal dunia di pinggir pantai,” ungkapnya.

Dijelaskan, AKBP Lenap memiliki banyak peran di desa tersebut. Korban diketahui sering menolong pelajar di daerah tersebut untuk menyeberangi sungai. Bahkan korban tidak hanya melakukan evakuasi kepada para pelajar akan tetapi bertugas  juga untuk  mengevakuasi warga yang terkena banjir di desa tersebut.

Baca Juga :  60 Hektar Lahan Pertanian Rusak Diterjang Banjir

“Korban sudah lima tahun menjadi tenaga pendidik dan dia orang baik dan bertanggung jawab bahkan kemarin masih melakukan  evakuasi warga yang terkena banjir dan membawa warga ke tempat yang aman,'' ujarnya.

Korban sempat berkomunikasi dengan rekan polisinya sekitar pukul 02.00 Wita namun  sekitar pukul 03.00 Wita  beliau pergi tapi rekanya tidak  ada yang tahu. Korban terseret banjir  sekitar 3 kilometer dari lokasinya pertama kali terjebak. ”Korban ditemukan pada pukul 07.00 wita dan sudah dalam keadaan meninggal dunia, jenazah akhirnya berhasil di evakuasi dan dibawa ke RS Bhayangkara Mataram untuk divisum luar. Setelah itu jenazah di makamkan di Lombok Tengah pada Sabtu kemarin,”ujar Kabid Humas Polda NTB AKBP Tribudi Pangastuti kepada Radar Lombok, Minggu kemarin(12/2).

Dalam beberapa hari belakangan, banjir melanda wilayah Sambelia.  Banjir  bandang mengakibatkan jembatan Provinsi dijalan raya Sambelia menuju Belanting  ambruk  akibat hujan yang terus menerjang pada Sabtu yang dimulai sekitar pukul 22.00 Wita hingga pukul 06.00 Wita  tersebut. ”Banjir itu juga menghanyutkan sekitar 10 rumah dan 20 rumah sudah mulai terkikis oleh derasnya air sungai,”ujarnya.

Namun saat ini sudah mulai dibangun jambatan darurat dari kayu oleh anggota Brimob Labuan Haji yang bekerja sama dengan masyarakat dan instansi terkait lainya. Namun ia memperkirakan jika hujan turun lagi maka jembatan darurat tersebut akan hanyut kembali.”Kami sudah buatkan jambatan darurat,”ujarnya.

Baca Juga :  Banjir, Jalan Penghubung Desa Putus

Sementara itu jelasnya di Dusun Kokok Pedek Desa Sugian, air mengalir melalui lahan atau kebun masyarakat dan membuat jalan raya terkikis di bagian pinggir dan air merusak sekitar 23 rumah warga dan merusak sekitar 10 hektare persawahan yang berisi jagung. ”Begitu juga yang terjadi di Dusun Penjaramun Desa Sugian dimana air menggenangi persawahan warga sekitar 50 hektare yang berisi tanaman padi yang masih berumur dua minggu,”ujarnya.

Di Dusun  Menanga Reak Desa Dara Kunci jalan raya provinsi yang sebelumnya sudah berlubang akibat hujan kini seperti sungai dengan panjang sekitar 30-50 meter. ”Saat ini untuk menyeberangi sungai tersebut BPBD bersama Basarnas beserta relawan lainya memasang tali sebagai pegangan namun jika hujan akan kembali turun maka tidak bisa disebrangi,”tambahnya.

Selain merusak jalan, banjir di Dusun Menange Reak, menyebabkan 3 rumah rusak.Warga  juga  diungsikan. ”Airnya sekarang sudah mulai surut namun masyarakat sudah mengungsi di pertigaan pasar desa Dara Kunci namun dusun tersebut masih terisolir,”jelasnya. (cr-met)

Komentar Anda