Akademisi Unram Dorong Pemprov NTB Bentuk Regulasi Bela Beli Produk Lokal

Rektor Unram Prof Bambang Hari Kusumo saat mencicipi Steak Special Bali Beef di Meathyme belum lama ini. (ist)

MATARAM – Akademisi Universitas Mataram (Unram) mendorong Pemerintah untuk membentuk peraturan yang bisa menekan pelaku usaha perhotelan menyerap produk lokal. Pasalnya, serapan daging sapi lokal di hotel bintang di NTB lebih rendah ketimbang daging sapi impor.

“Bagaimana Pemerintah mendorong agar produk lokal kita ini masuk ke hotel-hotel. Salah satunya dengan cara memberikan insentif ke hotel itu agar mau menyerap daging lokal. Di Bali itu sudah ada Pergubnya dan berhasil,” kata Akademisi Fakultas Peternakan Universitas Mataram Prof Dahlanuddin kepada Radar Lombok.

Menurut Prof Dahlan sapaan akrab guru besar Unram ini, sudah saatnya orientasi pasar untuk daging lokal diubah, tidak lagi hanya menjual daging sapi murah ke pasar. Pemerintah harus menciptakan pasar baru yang bisa menyerap produk lokal dengan harga yang lebih bersaing.

“Ngapain pelihara sapi kalau dagingnya masih jadi bakso yang harusnya bisa diproduksi untuk makanan lebih mahal. Impor saja daging dari India lebih murah. Tapi apakah itu membantu perekonomian NTB?. Kalau hal itu berjalan terus tanpa mengupgrade, maka peternak akan gulung tukar karena kalah dengan daging impor,” jelasnya.

Untuk itu, kata Prof Dahlan, ini menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah NTB bagaimana menciptakan iklim usaha supaya kondusif dan nantinya bisa menguntungkan bagi semua pihak. Mulai dari peternak, produsen hingga pelaku usaha dari hulu ke hilir. Terlebih sektor yang paling siap untuk industrialisasi dan berpeluang bisnis di NTB adalah peternakan.

Apalagi NTB saat ini sudah berhasil menjadikan sapi Bali sebagai penghasil daging sapi unggulan nasional, yang diberinama Lamtoro Beef. Special Bali Beef yang dikembangkan Unram melalui pemberian pakan ternak Lamtoro ini tidak kalah saing dengan kualitas daging-daging sapi impor.

“Pemerintah mesti memberikan peluang investasi kepada investor untuk tertarik berbisnis Special Bali Beef ini. Dan yang jelas sekarang ini adalah market pasar daging lokal ada di hotel berbintang di NTB,” ujarnya.

Sementara itu, Prof Akhyar Sutaryono menambahkan kualitas daging sapi lokal ini meningkat setelah pemberian pakan lamtoro (Leucaena leucocephala). Bahkan daging lokal ini telah diuji dan diteliti oleh peneliti dari Unram serta dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB. Hanya saja produknya belum banyak beredar di pasaran.

“Platform penjualan Special Bali Beef baru di Meathyme yang berdiri sejak 2021, tapi peminatnya sudah banyak ada Fahri Hamzah politisi, investor dan mahasiswa serta dosen perguruan tinggi dari Jepang dan Australia,” terangnya.

Kedepan jika pangsa pasar daging lokal ini sudah tercipta. Pemerintah tidak perlu lagi mendatangkan daging impor ke NTB. Terpenting adalah 3 ribu orang lebih peternak binaan yang sebagian besar di Sumbawa, Dompu dan KSB dapat terserap ternak sapinya. Begitu juga peternak sapi yang ada di Kawasan Desa Seribu Sapi di LombokTengah.

“Harga jual daging Special Bali Beef cukup terjangkau. Dibanding dengan harga daging impor kualitas premium yang dijual di restoran,” tutupnya. (cr-rat)

Komentar Anda