Airlangga: Pembangunan Kawasan Industri Terpadu Batang Diakselerasi untuk Tarik Investor

KIT BATANG: Menko Airlangga Hartarto selaku Ketua Tim Percepatan Pengembangan KIT Batang meninjau langsung progres proyek strategis Nasional ini.

BATANG–Pemerintah terus berupaya untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, diantaranya dengan menangkap peluang momentum relokasi investasi asing.

Salah satu upaya yang dilakukan yakni dengan memberikan dukungan dalam pembangunan mega proyek Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang yang diharapkan mampu menjadi magnet untuk menarik para investor dari dalam dan luar negeri.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto selaku Ketua Tim Percepatan Pengembangan KIT Batang menegaskan adanya dukungan Pemerintah dalam pengembangan KIT Batang saat melakukan kunjungan ke KIT Batang di Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (13/10).

“Saat ini KIT Batang telah memiliki direktur utama baru. Nanti beliau ini yang akan membantu berbagai kendala yang dihadapi para tenant di sini,” tutur Menko Airlangga memberi penegasan.

Agar dapat melakukan percepatan pembangunan infrastruktur untuk segera beroperasi optimal, KIT Batang yang memiliki luas sekitar 4.300 hektare tersebut ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).

Berbagai fasilitas juga telah ditawarkan untuk para calon investor, termasuk jaringan gas pipa transmisi yang telah dibangun serta ditargetkan selesai pada 2023 dan target operasional pada 2024.

Baca Juga :  Terima Petinggi PKC, Ketum Golkar Airlangga Janjikan Stabilitas Politik untuk Investasi Tiongkok

Pembangunan KIT Batang sendiri difokuskan pada pembangunan klaster 1 seluas 3.100 hektare yang dibagi menjadi 3 fase. Pembangunan fase 1 seluas 450 hektare telah selesai untuk infrastruktur dasar di dalam kawasan.

Dengan perkiraan total investasi mencapai Rp165 triliun, seluruh area pada fase 1 ini telah terisi tenant baik investor asing dan domestik, diantaranya dari negara Korea Selatan, Taiwan, Belanda, dan Inggris.

Fokus pengembangan industri pada fase 1 ini diantaranya kimia, otomotif, tekstil, logistik, ICT dan high tech.

Dalam kunjungan ke KIT Batang tersebut, Menko Airlangga yang didampingi oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita beserta sejumlah Pejabat Eselon I Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Perindustrian memantau secara langsung perkembangan pembangunan infrastruktur yang telah disiapkan seperti jalan dalam kawasan, akses jalan tol, waduk, sistem drainase, konstruksi pabrik tenant, serta rencana lokasi jetty dan dry port.

Sebagai upaya penyediaan air baku di KIT Batang, Pemerintah telah menyelesaikan pembangunan Bendung Sungai Urang untuk memenuhi kebutuhan air baku di KIT Batang dengan kapasitas 285 liter/detik.

Sistem penyaluran air baku, IPAL, drainase dan lainnya akan dapat mulai beroperasi pada 2023 sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Baca Juga :  Pertemuan Airlangga dan Prabowo, Apa Kata Pengamat

Infrastruktur pendukung di KIT Batang fase 1 juga ditargetkan akan beroperasi pada semester I 2024 baik jaringan gas, listrik, air baku, dan infrastruktur lainnya, sehingga tenant dapat mulai beroperasi pada tahun 2024.

Sebagai infrastruktur pendukung juga telah dibangun rumah susun sebanyak 10 tower dengan daya tampung sekitar 2.570 orang, yang utamanya ditujukan untuk menampung tenaga kerja dari para tenant.

Secara khusus Menko Airlangga juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh instansi yang telah mendukung pembangunan KIT Batang dan memberikan arahan kepada seluruh pihak yang terkait untuk dapat mendukung secara penuh percepatan pembangunan KIT Batang.

Melalui investasi dan ekspor produk yang dihasilkan oleh industri di Kawasan KIT Batang diharapkan dapat ikut memberikan dampak langsung yang signifikan pada penguatan perekonomian Indonesia.

Pembangunan KIT Batang juga diharapkan tidak berhenti pada penyediaan infrastruktur fisik semata, tetapi lebih jauh lagi mampu menciptakan multiplier effect kepada perekonomian daerah serta meningkatkan partisipasi Indonesia dalam global value chain melalui ekspor produk manufaktur unggulan dengan nilai tambah yang tinggi. (*/gt)

Komentar Anda