MATARAM–DPD Demokrat NTB harus dipimpin figur baru agar tidak terjadi stagnasi elektabilitas parpol berlambang mercy biru itu di NTB.
Pengamat Politik UIN Mataram Ihsan Hamid menilai, persoalan stagnasi elektabilitas Partai Demokrat tidak terlepas secara nasional yang merembet ke daerah. Jika tidak ada langkah dalam mengantisipasi stagnasi elektabilitas tersebut, maka Partai Demokrat berpotensi tetap jadi partai yang hanya mampu bertahan di urutan 4 atau 5 perolehan suara Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 mendatang. “Ini soal figur. Relatif Partai Demokrat NTB tidak punya figur yang diharapkan bisa dongkrak elektabilitas,” kata mahasiswa Doktoral UIN Jakarta ini kepada Radar Lombok, Kamis kemarin (11/11).
Apalagi mengingat Sitti Rohmi Djalillah sebagai Ketua DPW Partai NasDem NTB, secara psikologi akan sangat berpengaruh terhadap Partai Demokrat di NTB. Kekuatan gerbong ormasi NWDI sepenuhnya akan berada di Partai NasDem. Basis kultural partai Demokrat NTB yang sebelumnya banyak disuplai dari kader dan jemaah NWDI, tidak akan ada lagi. “Tinggal tersisa hanya Pak TGH Mahally. Sebab itu, Partai Demokrat di NTB harus evaluasi dan konsolidasi ulang,” paparnya.
Menurutnya, Partai Demokrat NTB tidak boleh bekerja dan bertahan dengan pola lama. Jika bertahan dengan pola lama, maka Demokrat di NTB akan sulit tembus tiga besar di Pileg NTB. Kendati ada opini yang dibangun Mahally bahwa partai Demokrat di NTB masih sangat kuat. Tetapi di tingkat publik, justru sebaliknya. Terlebih, pasca-Sitti Rohmi menakhodai NasDem NTB dan gerbong ormas NWDI total ke NasDem.
Tetapi bukan berarti Demokrat di NTB kehilangan magnet atau daya tarik. Yang jelas Demokrat NTB perlu melakukan konsolidasi ulang, dan demokratisasi internal. “Masih ada waktu untuk melakukan evaluasi dan demokratisasi internal,” imbuhnya.
Di antaranya, dengan Demokrat mencari figur yang punya akses kekuatan birokrasi di NTB, ketokohan kuat, punya basis pemilih, dan ditopang resource ekonomi kuat dan tentu figur yang mau bergabung ke Partai Demokrat.
Oleh karena itu, ia menilai, Bupati Lombok Timur Sukiman Azmy bisa jadi figur alternatif yang bisa diharapkan membesarkan Demokrat di NTB ke depan.
Bupati Lotim itu dinilai sebagai kepala daerah yang masih tersisa dan belum jadi kader parpol manapun. “Sebaiknya Pak Mahally legawa dengan tidak maju lagi di Musda. Beliau bisa jadi Dewan Pembina Demokrat NTB. Tetapi memberikan kesempatan tokoh baru untuk memimpin Partai Demokrat NTB. Karena gerbong ormas NWDI dipastikan tidak lagi di Demokrat,” tandasnya.
Sementara itu, Politisi Partai Demokrat NTB Farid Tolomondu menegaskan bahwa Partai Demokrat di NTB tidak kekurangan kader terbaik untuk bisa menakhodai Partai Demokrat NTB. Dia menilai, kader menghendaki Ketua Demokrat NTB yang dipilih dari kader yang ada. “Demokrat di NTB punya banyak kader potensial, apa perlunya orang luar sekalipun itu Bupati menjadi Ketua Demokrat NTB,” lugasnya.
Diungkapkan, Partai Demokrat di NTB adalah parpol besar. Peraih lima besar kursi di DPRD NTB pada Pemilu 2014 dan 2019. Partai Demokrat juga dua kali menang di Pilkada NTB. Pada pilkada NTB 2013 dengan mengusung TGB-Amin dan Pilkada 2018 dengan mengusung Zul-Rohmi. Dengan capaian itu menunjukkan bahwa mesin Demokrat di NTB teruji dan terukur. Kader punya basis kuat di dapil masing-masing. “Demokrat di NTB tidak tergantung kepada figur siapa ketuanya,” pungkasnya. (yan)
