85 Persen Lahan Pertanian Sembalun Lawang Rusak

LAHAN TERGENANG: Air banjir masih menggenangi lahan pertanian milik maysarakat di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, sehingga tanaman warga membusuk dan rusak akibat terendam berhari-hari. (JALAL/RADAR LOMBOK)

SELONG—Banjir yang terjadi dua minggu lalu di Sembalun dan Sambelia, diprediksi merupakan banjir yang paling parah. Bahkan akibat banjir tersebut, sekitar 85 persen lahan pertanian milik warga Desa Sembaun Lawang, Kecamatan Sembalun, terendam air dan rusak akibat banjir. Beberapa titik hingga kini masih terlihat banjir menggenangi sawah dan tanaman warga.

Kades Sembalun Lawang, mengatakan bahwa akibat banjir tersebut masyarakatnya banyak yang mengalami kerugian besar, lantaran mengalami gagal panen akibat tanaman rusak terendam banjir. Tak hanya terendam, bahkan banyak lahan warganya yang tertimbun lumpur material banjir dan juga akibat longsor. “Lebih dari 85 persen sawah warga rusak akibat banjir. Bahkan banjir juga merendam ratusan rumah warga, termasuk merusak ada juga rumah yang rusak,” katanya.

[postingan number=3 tag=”lahan”]

Dijelaskan, sebelum musibah banjir di Sambelia, banjir terlebih dulu melanda beberapa desa di Kecamatan Sembalun, dan yang paling parah terjadi di Desa Sembalun Lawang, yang mengakibatkan ratusan rumah warga tergenang dan dua diantaranya rusak. Sementara lahan pertanian 85 persen lebih rusak parah. Luas lahan pertanian di Sembalun Lawang adalah 450 ha, dan diperkirakan lebih dari 380 ha diantaranya tergenang banjir akibat hujan non stop selama tujuh hari tujuh malam.

Baca Juga :  PT Tunas Jaya Sanur Bantah Serobot Lahan

Jenis tanaman warga kebanyakan holtikultura dan padi. Banjir selama seminggu itu mengakibatkan aktifitas masyarakat lumpuh, dan banyak yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Bagaimana tidak kesulitan, masyarakat selama seminggu tidak bisa keluar rumah lantaran hujan terus terjadi,” ungkapnya.

Banjir yang terjadi tahun 2006 silam, dikatakan merupakan banjir paling dahsyat. Namun dampak yang ditimbulkan tidak separah tahun ini. Sehingga diprediksi banjir tahun ini merupakan banjir dengan dampak paling dahsyat selama sejarah banjir di Sembalun, bahkan di Sambelia. Mengenai nilai kerugian, dia mengaku tidak bisa memperkirakan nilai kerugian. Tapi dipastikan kerugian tahun ini berlipat dibanding kerugian akibat banjir tahun 2006 silam.

Dia juga menyayangkan sikap pemerintah yang lamban dalam menyalurkan bantuan bagi masyarakat Sembalun. Sementara di Sambelia bantuan terus mengalir semenjak dilanda banjir besar pada Kamis lalu (9/2). “Sementara masyarakat Sembalun sampai dengan seminggu baru mendapatkan sentuhan pemerintah,” katanya menyayangkan.

Baca Juga :  60 Hektar Lahan Pertanian Rusak Diterjang Banjir

Terhitung sejak banjir besar pada Sabtu lalu (11/2), bantuan baru tiba di Sembalun pada Kamis lalu, dan itupun jumlahnya tidak seberapa dibandingkan dengan bantuan yang diterima masyarakat Sambelia.

Sementara Camat Sembalun, Usman, S.Sos mengatakan bahwa terjadinya banjir yang terus terjadi setiap tahun, sebagai akibat penggundulan lahan akibat beralih fungsinya lahan oleh masyarakat. “Dulu sepanjang daerah Rantai Mas dan sekitarnya merupakan tempat perkebunan kopi dan tanaman keras lainnya, kini semuanya berubah menjadi lahan pertanian,” sebutnya.

Belum lagi di beberapa wilayah desa lainnya, yang kini juga memiliki permasalahan yang sama. Beralih fungsinya lahan telah mengakibatkan dampak yang nyata dirasakan masyarakat saat ini. “Saatnya masyarakat mulai beralih ke tanaman keras, khususnya untuk lahan yang berada di lereng, sebagai tempat menyimpan air hujan dan mencegah longsor,” harapnya. (lal)

Komentar Anda