71 PNS dan Honorer Terjangkit HIV/AIDS

Terjangkit HIV/AIDS
HIV/AIDS.(ist)

Dewan Baru Ditantang Tes

MATARAM – Serangan penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) kian memilukan di Provinsi NTB. Virus mematikan itu tak hanya menyerang masyarakat biasa, tetapi juga para pegawai baik PNS maupun honorer.

Data ini dikuak Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi NTB. Tercatat ada 71 pegawai negeri sipil (PNS) dan honorer di Provinsi NTB yang terjangkit penyakit jamur kelamin ini. Padahal, sebagian besar PNS maupun honorer belum melakukan tes. “Kita sudah sepakat untuk tes di semua OPD dari dulu, tapi gak pernah ada yang mau respon di lapangan,” ungkap Ketua KPA Provinsi NTB, H Soeharmanto kepada Radar Lombok, Kamis (5/9).

Tahun 2018, sebut Soeharmanto, terdapat 63 penderita HIV/AIDS dari kalangan PNS dan honorer. Tahun ini, jumlah itu merangkak naik menjadi 71 orang. Kesadaran kalangan PNS dan honorer sangat rendah untuk tes. Padahal, pihaknya sejak lama siap memfasilitasi. “Karena stigma negatif, kita rahasiakan mereka. Yang jelas, mereka kerja di lingkungan pemprov, pemkab/kota. Di mana dia kerja, kita rahasiakan. ASN ini bisa staf, atau bisa juga pejabat tinggi. Itu rahasia,” tambah Soeharmanto sembari menyebut penyebab utama penyakit ini adalah karena seringnya PNS dan honorer ini jajanan di luar alias berhubungan seks bebas dengan bukan pasanganya.

Karena itu, sambung dia, tes HIV/AIDS akan terus digalakkan. Apalagi Pemprov NTB memiliki program revitalisasi posyandu. Melalui program tersebut, ibu-ibu hamil juga akan dites. Sebanyak 7.200 posyandu di NTB, akan sangat membantu KPA dalam melakukan tes. Para kader posyandu tentu saja bisa lebih mudah mengajak ibu-ibu hamil untuk tes. “Karena seperti yang saya sampaikan, ibu rumah tangga yang terkena HIV/AIDS meningkat terus, terbanyak setelah wiraswasta. Sekarang sudah mencapai 290 orang IRT. Mungkin karena suaminya kurang setia, berhubungan di luar sana. Gak pakai kondom,” terang Soeharmanto.

Potensi besar penyebaran virus itu diakui ataupun tidak, bisa terjadi pada wakil rakyat. Seiring keluar daerah, memiliki banyak uang, penampilan keren dan lain sebagainya. Semua itu membuka potensi masuknya HIV/AIDS. “Tapi kalau yang tidak pernah jajan sembarangan, ya gak kena. Sama dengan ABK, sopir, rentan juga itu,” sindirnya.

Karena itu, Soeharmanto mengajak semua anggota dewan baru untuk ikut tes HIV/AIDS. Mereka diharapkan bisa menjadi contoh bagi masyarakat. Apalagi kesadaran untuk melakukan tes di NTB, sangat rendah. Bahkan di lingkup organisasi perangkat daerah (OPD) Pemprov NTB saja, hanya Dinas Perhubungan yang pernah mengundang KPA. “Yang penting harus siap mental. Makanya kita konseling dulu dewan-dewan itu,” ujarnya.

Mengingat, lanjut dia, anggpta dewan periode sebelumnya pernah juga ditawarkan tes HIV/AIDS, tapi tidak pernah ada tindak lanjut. ‘’Kita harap dewan yang sekarang mau tes, demi kebaikan dewan juga. Karena jumlah HIV/AIDS di NTB terus bertambah,” tegasnya.

Menurut Soeharmanto, anggota DPRD NTB tidak perlu malu untuk mengikuti tes. Hasilnya dijamin rahasia dan tidak akan bocor ke orang lain. Jangan sampai nantinya, banyak yang menyesal karena telat mengetahui statusnya. Hal itulah yang sering terjadi selama ini. Para penderita HIV/AIDS mau memeriksa statusnya setelah kondisi kesehatan yang sudah parah. “Nanti kita ada tim, kita sosialisasikan dulu agar dipahami. Terus kita tawarkan untuk tes, bisa di gedung dewan langsung. Tapi kalau malu, di luar juga bisa. Atau di rumah sakit mana, atau kalau gak mau ketahuan di provinsi lain. Silakan, yang penting mau tes saja,” katanya.

Apabila penderita HIV/AIDS tidak mengetahui statusnya, akan membahayakan nyawa. Padahal, HIV/AIDS harus diobati agar virus yang sudah menular bisa dikendalikan dengan obat. Tahun ini, KPA Provinsi NTB menemukan  1.843 orang terkena HIV/AIDS. Jumlah tersebut bertambah signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Menurut Soeharmanto, banyak penderita baru di Provinsi NTB. Terutama yang menyasar anak-anak muda seperti pelajar dan mahasiswa. “Terutama usia produktif ini. Pengaruh gadget dan pola pergaulan banyak yang kebablasan. Pernah seks pra nikah misalnya, lalu ketagihan, dan gonta-ganti pasangan. Banyak pelajar kita yang sudah kena IMS (infeksi menular seksual). Karena sebagian besar mereka sudah lakukan hubungan pra nikah,” bebernya.

Kalangan pelajar dan mahasiswa yang terkena HIV/AIDS jumlahnya terus bertambah. Jumlahnya saat ini yang sudah diketahui mencapai 50 orang. Jumlah tersebut dipastikan akan bertambah karena sangat sedikit pelajar dan mahasiswa yang pernah mengikuti tes. Banyak faktor yang membuat pelajar dan mahasiswa sangat rentan terkena HIV/AIDS. Mengingat, penyakit tersebut bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga sangat ditentukan oleh perilaku. Misalnya saja pacaran yang melebihi batas. “Kita juga ingin selamatkan adik-adik remaja kita. Kita rutin masuk ke sekolah,” katanya.

Secara umum, penyebab terbanyak penderita HIV/AIDS di NTB masih didominasi karena gonta-ganti pasangan atau pergaulan bebas. Selain itu, penderita HIV/AIDS disebabkan juga oleh homoseksual atau penyuka sesama jenis. Masyarakat NTB yang homo seksual cukup banyak tersebar di berbagai kabupaten/kota. 

Untuk sebaran di kabupaten/kota, penderita HIV/AIDS di Kota Mataram sebanyak 641 orang. Selanjutnya di Lombok Timur 314 orang, Lombok Barat 316 orang, Lombok Tengah 235 orang, Sumbawa Barat 72 orang, Sumbawa 95 orang, Lombok Utara 45 orang, Bima 136 orang, Kota Bima 77 orang dan Dompu 35 orang.

NTB sebagai daerah pariwisata, memang harus mewaspadai ancaman HIV/AIDS. Salah satu dampak negatif majunya pariwisata NTB, yaitu rentannya penyebaran penyakit tersebut. “Wisata itu ada dampak positif dan negatifnya. Pantauan kita, di KEK Mandalika dan juga di gili-gili di KLU rentan tersebarnya penyakit HIV/AIDS,” kata Soeharmanto.

Salah seorang anggota DPRD NTB, H Ruslan Turmuzi yang dimintai tanggapannya, mengaku sangat mendukung apabila seluruh anggota dewan melakukan tes HIV/AIDS. “Bagus itu, saya setuju. Tapi nanti tergantung pimpinan. Yang gak setuju, mungkin yang merasa diri sudah kena HIV/AIDS, dia takut,” ujarnya. (zwr)

Komentar Anda