700 PSK Eks Dolly Beroperasi di NTB

MATARAM – Jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi NTB terus bertambah.

Salah satu penyebabnya, banyak Pekerja Seks Komersial (PSK) yang biasanya menjajakan diri di lokalisasi Kalijodo dan Dolly datang ke NTB mencari peruntungan baru. Setelah kedua lokalisasi di Jakarta dan Surabaya ini ditutup mereka banyak yang memililih eksodus ke NTB.

Menurut Ketua Komisi Penanggulangan HAIV/AIDS Provinsi NTB H Soehermanto, setelah Dolly ditutup para PSK terpaksa berkelana ke tempat-tempat yang dinilai strategis seperti NTB. Begitu juga dengan penggusuran Kalijodo di Jakarta. "Kalau  mereka bersih semua mungkin tidak perlu dikhawatirkan, tapi masalahnya banyak dari mereka sudah terkena HIV/AIDS," ungkapnya kepada Radar Lombok Jumat kemarin (12/8).

Lebih lanjut dibeberkan Herman, PSK dari Dolly saja jumlahnya yang menjual diri di NTB mencapai 700 orang. "Itu hasil survei lapangan, tapi kalau yang sebelumnya beroperasi di Kalijodo kita kurang tahu berapa jumlah pastinya, yang jelas banyak sudah terdeteksi," ucapnya.

Pihaknya mengetahui hal itu  karena KPA Kabupaten/Kota bersama instansi terkait terjun ke lokasi-lokasi yang rentan penyebaran HIV/AIDS. "Misalnya di sebuah kafe di Senggigi, kan didata tuh siapa-siapa saja disana. Lalu petugas sering temukan orang baru, setelah ditanya barulah diketahui bahwa sebelumnya PSK itu beroperasi di Dolly atau Kalijodo," imbuh Herman.

Tempat PSK tersebut beroperasi di NTB tersebar diberbagai wilayah tujuan wisata. Ada yang di Senggigi, Gili Terawangan bahkan sampai ke Pulau Sumbawa. Di Provinsi NTB sendiri, penyebab utama berkembangnya HIV/AIDS karena heteroseksual di usia-usia produktif dari 20-49 tahun.

Untuk mengantisipasi penyebaran HIV/AIDS, para PSK sudah diberikan kartu sehat sehingga mudah dikontrol. Pemahaman juga tetap diberikan agar dalam melakukan hubungan seksual tetap aman. "Saat ini saya belum dapatkan data terupdate jumlah penderita HIV/AIDS, tapi data terakhir pada bulan Maret lalu jumlahnya 1.168 orang," terangnya.

Menurut Soehermanto, jumlah masyarakat NTB yang tidak terdeteksi terkena HIV/AIDS bisa saja lebih banyak lagi. Mengingat masih sedikit masyarakat yang sudah melakukan tes. "Bagus kalau anggota DPRD juga mau tes, sebagai wakil rakyat mereka memberikan contoh yang baik. Nanti kita koordinasi dengan Sekretariat Dewan bagaimana tekhnisnya kalau mereka mau tes," katanya.

Di kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) lingkup Pemprov NTB, tes HIV/AIDS juga hanya pernah dilakukan di Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo). Sementara SKPD lainnya belum pernah dilakukan tes.

Salah satu kendala KPA pada persoalan anggaran. Dalam APBD 2016 saja, jumlah dana yang didapat hanya Rp 450 juta. Sementara bantuan dari pusat juga tidak seberapa. Parahnya lagi, mulai tahun 2018 semua anggaran akan dibebankan ke APBD dan tidak ada lagi bantuan dari pusat. "Tapi kita tetap bekerja dengan anggaran seadanya. Soal HIV/AIDS ini bukan hanya tes, tetapi setelah orang tes dan positif terkena, harus kita obati dan dampingi," tutupnya.

Apabila tidak diobati maka akan mengancam nyawa penderitanya. Sampai saat ini, sudah 242 kasus lebih warga NTB yang meninggal dunia karena penyakit tersebut. Penderita HIV/AIDS di Kota Mataram berdasarkan data terakhir yang dimiliki Radar Lombok lebih dari 447 kasus. Kemudian diurutan kedua adalah Kabupaten Lombok Timur lebih dari 189 kasus dan Lombok Barat lebih dari 150 kasus.

Apabila dilihat dari profesi para penderita HIV/AIDS terang Herman, paling banyak adalah wiraswasta 246 orang, kemudian ibu rumah tangga 206 orang dan rata-rata ditularkan oleh suami mereka sendiri. PNS ada sekitar 51 orang, eks TKI  83 orang, petani atau buruh 49 orang.  Selanjutnya ada    karyawan serta Wanita Pekerja Seksual (WPS).

Tidak hanya para PNS, pelajar dan mahasiswa juga banyak yang menderita HIV/AIDS. Sampai saat ini yang ditemukan karena mau melakukan tes mencapai 33 orang. Para aparat seperti TNI dan POLRI juga tidak luput dari penyakit mematikan tersebut, sebanyak 20 orang telah positif mengidap HIV/AIDS.

Jumlah penderita HIV/AIDS karena sering gonta-ganti pasangan lebih dari 728 orang, kemudian 102 orang disebabkan homoseksual, 159 orang karena penggunaan jarum suntik, 55 orang karena keturunan dan 3 orang terkena darah donor. (zwr)

Komentar Anda