56 Hotel Merumahkan 3.310 Orang Karyawan

TUTUP: Nampak depan Hotel Santika Mataram yang menutup sementara operasionalnya karena terdampak penyebaran wabah virus Corona (Covid-19). (DEVI HANDAYANI/RADAR LOMBOK )
TUTUP: Nampak depan Hotel Santika Mataram yang menutup sementara operasionalnya karena terdampak penyebaran wabah virus Corona (Covid-19). (DEVI HANDAYANI/RADAR LOMBOK )

MATARAM – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB mencatat ada ribuan pekerja yang dirumahkan, baik dari 32 hotel anggota PHRI yang masih beroperasi, maupun 24 hotel lainnya yang melakukan tutup sementara. Jumlah karyawan yang dirumahkan oleh hotel tutup itu mencapai 1.932 orang dan hotel yang masih buka tapi merumahkan karyawan sebanyak 1.378 orang. Dengan demikian, sebanyak 56 hotel di NTB merumahkan 3.310 orang karyawannya.

“Data ini sewaktu-waktu bisa berubah tergantung perkembangan. Bisa saja akan bertambah terus jumlahnya,” kata Ketua PHRI NTB Ni Ketut Wolini, Kamis (15/4).

Menurut Wolini, jumlah pekerja yang dirumahkan dari data tersebut dapat membengkak secara kuantitas seiring waktu berjalan. Mengingat, catatan yang dibuat PHRI NTB mengakomodir anggota dari asosiasi saja. Di mana anggota PHRI NTB yang sudah tercatat sebanyak 56 hotel di NTB. Belum lagi hotel diluar anggota yang kemungkinan lebih banyak lagi merumahkan karyawan mereka, ataupun bahkan sampai melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Pekerja yang dirumahkan dari berbagai bidang di hotel, mulai dari staf maupun pekerja harian terkena dampak dari penyebaran Covid-19. Kondisi hotel pun sepi tidak ada tamu menginap.  Sementara itu, bagi para karyawan yang dirumahkan, sebagian diantaranya mendapatkan pesangon dan tidak. Meskipun dari pemerintah sendiri mengharuskan untuk perusahaan memberikan pesangon, tapi sesuai dengan kebijakan dari masing-masing perusahaan.

“Karena ini tidak di PHK, hanya dirumahkan sementara. Nanti kalau kondisi sudah normal, mereka akan kerja kembali seperti biasa. Soal gaji itu tergantung kesepakatan antara pengusaha dan pekerja, tapi kondisi sekarang ini pekerja sangat mengerti,” jelasnya.

Dikatakannya, pada saat ini hotel-hotel yang masih buka banyak melakukan inovasi, agar tetap berjalan di tengah kondisi seperti ini, yaitu membuat paket self-quarantine atau karantina mandiri bagi masyarakat yang ingin karantina di hotel dan juga menjual paket makanan dan snack. Sama dengan hotel-hotel di beberapa daerah lainnya.

“Kalau di NTB ada beberapa hotel yang membuat paket seperti itu, dan itu biar ada untuk menambah biaya operasional saja,” imbuhnya.

Terpisah, Gubernur NTB, Zulkieflimansyah menerangkan sektor pariwisata memang sangat terdampak karena penurunan tingkat pengunjung yang terjadi. Terlebih sudah diterapkan untuk tetap di rumah (stay at home), physical distancing.

“Orang jadi di rumah, tapi kita sekarang memberikan kesempatan untuk hotel-hotel meredefinisi bisnisnya. Seperti penyediaan paket karantina yang diberikan beberapa hotel,” katanya.  

Lebih lanjut, karena masih adanya segmentasi pasar tertentu, seperti masyarakat baru pulang dari luar kota atau luar negeri dapat digarap. Bahkan, diharapkan dapat ditiru oleh hotel-hotel di tingkat kabupaten/kota. Terutama dengan mengedepankan persaingan dari segi fasilitas yang ditawarkan.

“Hotel ini dari pada tidak ada penghuninya, mungkin dengan memberikan harga sangat terjangkau misalnya ada makan pagi, siang, dan malam sehingga menghidupi hotel tersebut,” sarannya. (dev)

 

Komentar Anda