525 orang Positif DBD, 1 Meninggal Dunia

525 orang Positif DBD
Kepala Kapala Dinkes Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi,Sp.A, MPH bersama Kepala Diskominfotik, I Gede Putu Aryadi saat jumpa pers di posko Corona Crisis Center, Senin (17/2).( Faisal Haris/radarlombok.co.id.)

MATARAM-Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di kabupaten kota di NTB cukup mengkhawatirkan. Pasalnya sejak Januari hingga Februari sudah 525 orang pasien yang positif DBD.

 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, . Nurhandini Eka Dewi,Sp.A, MPH mengatakan,  angka penderita tersebut sudah tergolong cukup tinggi kasus DBD, pasalnya puncak musim hujan masih terjadi disebagian besar wilayah NTB. “Sudah mencapai 525 orang yang positif terkanak DBD di NTB, ini cukup tinggi,”ungkapnya saat di jumpa pers di posko Corona Crisis Center, Senin (17/2).

 Eka yang didampingi Kepala Diskominfotik, I Gede Putu Aryadi membeberkan, dari angka tersebut daerah yang menjadi peringkat pertama kasus DBD yakni pertama Lombok Barat, kedua Kota Mataram dan ketiga Lombok Timur. “Lombok Barat sudah diangka 200-an orang yang positif DBD, tersebar di wilayah Gerung, Kuripan. Memang dari dulu wilayah padat penduduk seperti Kediri juga tempat paling banyak kasus DBD. Begitu juga Kota Mataram seperti wilayah Cakra, Sekarbela intinya wilayah padat yang paling tinggi kasus DBD,”ucapnya.

Dikatakan Eka, sesuai laporan yang diterima dari jumlah angka yang positif DBD sejauh ini  satu orang meninggal dunia. Dua diantaranya masih melakukan mengecekan apakah benar meninggal karena kasus DBD. “Laporannya yang meninggal baru satu orang yang resmi kita terima dari Kota Bima, yang lain kita masih lacak lagi apakah betul meninggal karena DBD atau karena hal yang lain, ada dua yang masih kita lacak lagi yang meninggal di Kota tapi asal paisen yang kita lacak,”ungkapnya.

 Kasus DBD lanjut Eka, setiap tahunnya tetap banyak. Sepajang 2019 lalu yang positif DBD sebanyak 2900 lebih kasus. Namun yang meninggal sekitar satu orang. Satu orang berasal dari Pulau Lombok, enam orang dari pulau Sumbawa tepatnya di Bima. Berdasarkan hal tersebut, risiko kematian yang disebabkan oleh kasus DBD cukup sedikit jika dibandingkan dengan jumlah orang yang positif DBD. Meski demikian pihaknya tetap melakukan antisipasi dengan melakukan imbauan kepada masyarakat. “Kita tetap memberikan himbuan agar masyarakat menjaga kebersihan, dengan melakukan gerakan 3M (Menutup, Menguras dan Mengubur),”ucapnya.

 Menurutnya, gerakan 3M masih sangat efektif untuk mengantisipasi DBD. Karena sejauh ini belum ada pola baru yang dilakukan untuk mengantisipasi DBD selain melakukan himbuan, penyuluhan kepada masyarakat. “Belum ada selain 3M. Kalaupun ada masih dalam proses penelitian di UGM,”tegasnya.

Mengingat, lanjutnya, DBD merupakan penyakit berbahaya yang disebabkan virus dengue yang disebarkan nyamuk Aedes aegypti. Karena sifatnya yang cepat mewabah, setiap musim hujan tiba. Disamping disebabkan musim hujan, katanya sangat dipengaruhi faktor lingkungan yang kotor. “Lingkungan paling menentukan juga, tidak harus rumah kumuh, rumah yang tidak kumuh pun kalau ada tempat bersarang nyamuk dan meletakkan telor disana maka sangat berpotensi terkanak DBD, makanya kami tidak henti-hentinya mengingatkan menjaga kesebersihan,”katanya. (sal)

Komentar Anda