25 PENDERITA HIV/AIDS MENINGGAL

25 PENDERITA HIV/AIDS MENINGGAL
Ilustrasi.(ist)

MATARAM – Penyakit menular (HIV/AIDS) masih menjadi momok menakutkan. Ratusan nyawa warga NTB telah direnggut penyakit tanpa obatnya itu.

Tahun 2019 saja, lebih dari 25 orang penderita HIV/AIDS meninggal dunia karena tidak bisa diselamatkan. Jumlah penderita HIV/AIDS juga terus bertambah di Provinsi NTB. Bahkan di Pulau Seribu Masjid ini sudah diketahui 7 orang meninggal dunia sepanjang 2019. Kemudian di Pulau Sumbawa 18 orang. “Yang 25 orang itu, jumlah penderita yang meninggal tahun 2019 saja. Bukan kumulatif,” ungkap Kepala Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi NTB, H Soeharmanto kepada Radar Lombok, Selasa (18/2).

Sebanyak 25 orang yang meninggal dunia tersebut, bisa jadi lebih banyak. Mengingat, Kota Mataram tidak mencantumkan data jumlah penderita HIV/AIDS yang meninggal dunia dalam laporannya. Padahal dari sisi jumlah, Kota Mataram terbanyak penderita HIV/AIDS. 

Berdasarkan data yang dimiliki KPA NTB, 25 orang yang meninggal tahun 2019 lalu, berasal dari Lombok Barat 3 orang, Lombok Tengah 2 orang, Lombok Timur 2 orang. Sedangkan Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Utara disebut tidak ada karena tidak dilaporkan. 

Berikutnya, di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) ada 2 orang meninggal. Kemudian Sumbawa 4 orang, Dompu 2 orang, dan Kabupaten Bima serta Kota Bima masing-masing 5 orang meninggal dunia akibat HIV/AIDS. “Kalau jumlah penderita HIV/AIDS yang meninggal dunia secara kumulatif (sejak tahun-tahun sebelumnya, red), itu sudah banyak, ratusan orang,” kata Soeharmanto. 

Untuk tahun 2019 saja, ditemukan 281 orang yang menderita HIV/AIDS. Angka tersebut patut menjadi atensi semua pihak. “Total jumlah penderita HIV/AIDS sekarang sebanyak 2.015 orang di NTB. Itu yang kita ketahui saja, tapi yang belum kita temukan masih banyak,” ungkapnya. 

Penderita HIV/AIDS tertinggi ada di Kota Mataram sebanyak 611 orang. Di Lombok Barat sendiri, jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 339 orang. Kemudian Lombok Tengah 241 orang, Lombok Timur 329 orang, Kabupaten Lombok Utara 45 orang. 

Berikutnya, di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) ada 79 orang penderita HIV/AIDS. Kemudian Sumbawa 115 orang, Dompu 51 orang, Kabupaten Bima 136 dan Kota Bima 69 orang. “Mereka yang terkena HIV/AIDS ini dari berbagai profesi. Untuk data ASN, belum bisa dirincikan, masih diolah,” ucap Soeharmanto. 

Jumlah PNS yang sudah terkena HIV/AIDS mencapai puluhan orang. Penyebab utama seorang PNS menderita HIV/AIDS, menurut Soeharmanto karena sering jajan sembarangan. “Penyebab utama ASN terkena, pernah jajan di luar. Tapi sangat sedikit PNS yang sudah tes,” ucapnya. 

Hal yang perlu menjadi perhatian, NTB sebagai daerah pariwisata harus mewaspadai ancaman HIV/AIDS. Salah satu dampak negatif majunya pariwisata NTB, yaitu rentannya penyebaran penyakit tersebut. “Wisata itu ada dampak positif dan negatifnya. Pantauan kita, di KEK Mandalika dan juga di gili-gili di KLU rentan tersebarnya penyakit HIV/AIDS,” ungkap Soeharmanto.

Dijelaskan, majunya pariwisata NTB akan membuat banyak orang luar daerah dan luar negeri berdatangan. Orang yang datang sebagai wisatawan, bisa saja sudah terkena HIV/AIDS di daerahnya, lalu dibawa penyakit tersebut ke NTB.

Begitu juga dengan orang yang datang memang dengan tujuan menjadi Wanita Pekerja Seksual (WPS). “Wisatawan yang datang, kadang kencan dengan orang disini. Kalau tidak gunakan pengaman padahal sudah terkena, maka teman kencannya akan kena juga. Apalagi WPS yang datang dari luar daerah, sudah berapa teman kencan mereka, itu sangat bahaya jika tidak gunakan pengaman,” terangnya.

Penyebaran HIV/AIDS di sekitar wilayah obyek wisata seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Senggigi dan gili-gili, sulit diantisipasi. Pasalnya, meskipun NTB menerapkan wisata syariah, namun tidak ada payung hukum untuk memfilter masuknya penyakit HIV/AIDS. WPS atau Pekerja Seks Komersil (PSK) masih bebas datang ke NTB. 

Disampaikan juga, banyak penderita baru di Provinsi NTB dari usia produktif. Terutama yang menyasar anak-anak muda seperti pelajar dan mahasiswa. “Pengaruh gadget dan pola pergaulan banyak yang kebablasan. Pernah seks pra nikah misalnya, lalu ketagihan, dan gonta-ganti pasangan. Awalnya infeksi menular seksual (IMS), tapi itu kan pintu masuknya HIV/AIDS,” terangnya. 

Banyak faktor yang membuat pelajar dan mahasiswa sangat rentan terkena HIV/AIDS. Mengingat, penyakit tersebut bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga sangat ditentukan oleh perilaku. Misalnya saja pacaran yang melebihi batas. “Kalau ada orang yang sudah terkena, mereka biasanya dikucilkan. Jadi agar tidak sendirian, sengaja ditularkan ke orang lain agar senasib. Itu yang harus diwaspadai,” bebernya. (zwr)

Jumlah Penderita HIV/AIDS Provinsi NTB: 2.015 Orang

Jumlah Penderita Tahun 2019 : 281 Orang

Meninggal Dunia Tahun 2019

Lombok Barat : 3 Orang

Lombok Tengah : 2 Orang

Sumbawa Barat : 2 Orang

Sumbawa : 4 Orang

Dompu : 2 Orang

Bima : 5 Orang

Kota Bima : 5 Orang

Kota Mataram : Tak Dilaporkan

Lombok Utara : Tak Dilaporkan

Komentar Anda