2023 Penenun akan Meriahkan Sukarara Begawe Jelo Nyesek

MENENUN: Inilah warga yang sedang menenun saat sukarara begawe jelo nyesek tahun lalu. (DOKUMEN/RADAR LOMBOK

PRAYA – Sebanyak 2023 penenun yang ada di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat direncanakan akan ikut memeriahkan sukarara Begawe Jelo Nyesek yang akan berlangsung pada 7-8 Juli mendatang. Dengan jumlah tersebut ditargetkan akan dikunjungi puluhan ribu wisatawan dan akan memecahkan rekor muri sebagai penenun dengan peserta terbanyak.

Ketua Panitia Sukarara Begawe Jelo Nyesek, Syamsul Bahri mengungkapkan, kegiatan Begawe Jelo Nyesek ini sebenarnya kegiatan yang dilakukan setiap tahun. Hanya saja tahun-tahun sebelumnya jumlah peserta dari kisaran 1000 sampai 1500 penenun. Hanya saja untuk tahun ini targetnya lebih banyak agar manfaat yang dirasakan oleh masyarakat juga bisa lebih luas. “Kalau tahun-tahun sebelumnya karena Covid-19, maka pesertanya sedikit. Tapi karena tahun ini sudah normal dan kita target mendapat rekor muri maka jumah peserta kita sesuaikan dengan tahun ini 2023 dan kita target juga perputaran uang saat event ini khususnya pada 8 Juli yang menjadi hari puncak mencapai Rp 1 miliar,” ungkap Syamsul Bahri saat ditemui usai melakukan koordinasi bersama Bupati Lombok Tengah, Jumat (16/6).

Dikatakan, sebelum 7-8 Juli oleh panitia juga akan melakukan berbagai serangkaian pra acara dari 2 Juli.

Sehingga pihaknya meyakini nantinya wisatawan juga akan banyak yang datang, terlebih saat ini pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan para pelaku pariwisata untuk bisa bekerja sama dalam mensukseskan event ini. “Target kunjungan wisatawan baik lokal, domestik maupun mancanegara saat event berlangsung mencapai 10.000 wisatawan. Nantinya para penenun juga akan bisa memasarkan langsung hasil tenunan mereka dengan harga yang bervariasi mulai dari Rp 400.000 hingga Rp 4 juta dan saat ini berbagai persiapan masih terus kita matangkan termasuk koordinasi juga dengan Pemprov NTB,” tambahnya.

Ia menegaskan di Desa Sukarara sendiri setidaknya ada 3000 penenun karena tidak bisa dinafikan jika di Desa tersebut para perempuan selain bekerja di sektor pertanian namun bekerja juga sebagai pengerajin tenun tradisional gedongan atau alat tenun tradisional sederhana yang digerakan oleh tangan dengan lebar kain maksimal 60 Cm dan panjang 4 meter. “Produk tenun Desa Sukarara telah dikenal di seluruh Nusantara maupun mancanegara dan diminati berbagai kalangan. Hal ini dapat dilihat dari wisatawan yang berkunjung di Desa Sukarara dengan kondisi pariwisata Mandalika yang saat ini sedang dikembangkan dan dibenahi oleh pemerintah pusat maupun Pemda sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Maka kita terus berupaya meningkatkan peran secara aktif dan aktraktif memperkenalkan dan memperomosikan produk andalan kita,” terangnya.

Dimana festival ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2016 dan kemudian berlangsung setiap tahunnya. Hal ini sebagai upaya untuk melestarikan kearifan lokal menenun dan menumbuhkan rasa memiliki budaya menenun hingga sebagai penopang ekonomi masyarakat. Termasuk juga tidak lain sebagai sarana promosi pariwisata daerah. “Makanya kegiatan ini sebagai upaya kita dalam menarik jumlah wisatawan yang berkunjung ke Desa Sukarara, sehingga sasaran kita nantinya wisatawan, pelaku tenun, desaigner fashion, pelaku home interior dan Pemda hingga pemerintah pusat,” tegasnya. (met)