MATARAM–Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Prijono memperkirakan kondisi perekonomian masih kondusif di tahun 2017 mendatang. Bahkan Prijono memprediksi pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di tahun 2017 mendatang berada di kisaran 6,0 persen, tanpa sektor pertambangan.
“Pertumbuhan ekonomi di tahun 2017 tanpa tambang kami perkirakan tumbuh dikisaran 6,0 persen, yang ditopang oleh investasi dan ekspor domestik,” kata Prijono, saat pertemuan tahunan perbankan, Selasa (20/12).
Sementara itu lanjut Prijono, pertumbuhan ekonomi NTB diproyeksikan berada pada kisaran 4,0 persen, termasuk didalamnya kategori tambang. Sedangkan untuk non tambang, pertumbuhan perekonomian NTB diproyeksikan di kisaran 6,0 persen yang ditopang oleh investasi dan ekspor domestik.
Pertumbuhan perekonomian juga sangat dipengaruhi dengan laju Inflasi. Dimana inflasi akan berada dalam kisaran targetnya sebesar 4,01 persen dengan pertumbuhan kredit dalam kisaran 10 – 12 persen, dan pertumbuhan dana pihak ketiga dalam kisaran 9 – 11 persen di tahun 2017 mendatang.
Dinamika perekonomian yang semakin dinamis, membuat tantangan yang perlu dihadapi kedepan tidaklah ringan, tak terkecuali untuk Provinsi NTB. Namun demikian, tantangan tersebut perlu dijawab dengan optimisme yang tinggi, karena NTB memiliki potensi yang sangat besar disertai dengan peluang yang terbuka lebar.
Peluang tersebut antara lain pertama adalah peluang NTB sebagai sentra ketahanan pangan. Dimana ditengah tingginya lonjakan pertumbuhan penduduk dunia, isu ketahanan pangan menjadi sangat strategis bagi setiap Negara. Hal tersebut menciptakan peluang untuk perluasan pasar bagi negara penghasil pangan.
Provinsi NTB sebagai salah satu provinsi lumbung pangan nasional, dapat berkontribusi untuk mendukung ketahanan pangan tersebut melalui peningkatan produksi pangan, disertai penguatan jalur distribusi lintas daerah. “Kami melihat produk pertanian NTB cukup mampu bersaing,” kata Prijono.
Selanjutnya, kedua, peluang NTB sebagai destinasi utama pariwisata nasional. BI NTB mencermati adanya perubahan pola konsumsi pada masyarakat Indonesia secara umum, yakni kecenderungan meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan rekreasi.
Hal tersebut merupakan peluang yang dapat dimaksimalkan untuk mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke NTB. Dengan adanya kenaikan UMR di tahun 2017 (8,25 persen) diharapkan mampu mendorong peningkatan belanja masyarakat seiring dengan meningkatnya pendapatan.
Selain itu, adanya kebijakan bebas visa wisata bagi 75 negara menjadikan peluang yang menjanjikan untuk meningkatkan tingkat kunjugan wisatawan dari mancanegara.
Ketiga, peluang sekaligus potensi yang paling kuat adalah potensi sumber daya manusia (SDM) di NTB yang tengah memasuki fase bonus demografi. Bonus demografi dimaksud tercermin dari tingginya proporsi masyarakat NTB yang tergolong usia produktif.
“Kondisi ini merupakan kesempatan sangat baik agar potensi sumber daya alam dapat dikelola secara maksimal dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi Provinsi NTB,” imbuhnya.
Sementara itu, Asisten II Setprov NTB, H. Lalu Gita Aryadi mengatakan, progress pembangunan disegala bidang di Provinsi NTB terus menunjukan langkah nyata dan sudah on the track atau sesuai jalurnya. Hal tersebut terbukti dengan keberhasilan NTB menurunkan angka kemiskinan, pengangguran melalui bukti nyata dengan didapatkannya penghargaan dari Presiden RI.
Pembangunan di sektor perekonomian dan kesehatan termasuk juga infrastruktur terus menjadi program prioritas pemerintah daerah. Selain itu pengembangan sektor pariwisata, jasa dan perdagangan dan tidak terlupakan program unggulan di sektor pertanian dan kelautan terus digenjot oleh pemerintah daerah. “Kita terus menggenjot kinerja semua pihak dalam memajukan NTB, baik dari perekonomian dan lainnya, menuju rakyat sejahtera,” pungkasnya. (luk)